Jumat 16 Mar 2018 12:45 WIB

Dosen Bercadar Ikuti Wisuda Doktor di UNP

Rektor UNP tetap menghormati keputusan bercadar setiap mahasiswanya

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Bilal Ramadhan
Hayati Syafri memperoleh gelar doktor setelah menempuh pendidikan S3 bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Padang (UNP), Jumat (16/3).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Hayati Syafri memperoleh gelar doktor setelah menempuh pendidikan S3 bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Padang (UNP), Jumat (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Hayati Syafri, dosen bercadar yang terpaksa libur dari aktivitas mengajarnya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, hari ini mengikuti prosesi wisuda doktoralnya. Hayati memperoleh gelar doktor setelah menempuh pendidikan S3 bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Padang (UNP), sejak 2014 lalu.

Hayati mengaku, pendidikan S3 ia tempuh dengan biaya sendiri tanpa ada sokongan finansial dari institusinya tempatnya mengabdi. "Alhamdulillah 3 tahun selesai, biaya sendiri," kata Hayati ditemui usai menghadiri wisuda di UNP, Padang, Jumat (16/3).

Meski bercadar, Hayati mengaku tidak ada hambatan sama sekali dalam merampungkan kuliahnya di UNP. Meski sempat was-was lantaran merasa berbeda, Hayati mengaku justru mendapat respons positif dari dosen pembimbing, penguji, dan koleganya di UNP.

"Awalnya saya takut masuk pakai baju hitam-hitam dan menghadap penguji, tapi mereka justru seakan-akan tidak melihat warna hitam-hitam itu. Mereka welcome," ujar Hayati.

Selepas mendapat gelar doktor, Hayati masih ingin mengabdi kepada masyarakat. Ia mengaku masih harus berjuang untuk mendapatkan haknya dalam mengenakan cadar di lingkungan kampus IAIN Bukittinggi.

Namun, rencana pengabdiannya tak hanya di kampus saja. Hayati mengaku sudah menyiapkan rencana untuk membangun 'bengkel akhlak', sebuah proyek pendidikan agama untuk masyarakat yang termarjinalkan. Hayati ingin fokus membangun pemahaman agama bagi kalangan narapidana di penjara, anak jalanan, atau 'preman' yang ingin belajar agama.

"Atau juga perempuan bercadar yang masih terintimidasi di mana-mana," katanya.

Sementara itu, Rektor UNP Ganefri mengaku tetap menghormati keputusan bercadar setiap individu yang berkegiatan di lingkungan kampus yang ia pimpin. Ganefri mengatakan, kampusnya memiliki aturan akademik yang harus dijalankan.

Di dalam aturan tersebut, ujarnya, UNP mementingkan tata cara berbusana yang rapi dan sopan. "Yang penting kan tidak memancing 'sesuatu' bagi yang melihatnya. Urusan berpakaian, sejauh itu tidak mengganggu lingkungan ya. Saya kira sejauh ini tidak ada larangan (bercadar)," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement