Senin 04 Mar 2019 20:52 WIB

BKN Anggap Biasa Laporan Hayati Syafri

Hayati hanya diberi tenggat waktu sepanjang 14 hari untuk melakukan banding.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Dosen Menggugat: Mantan Dosen IAIN Bukit Tinggi, Hayati tiba di kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada Senin (3/3). Hayati tiba untuk menggugat pemecatannya.
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Dosen Menggugat: Mantan Dosen IAIN Bukit Tinggi, Hayati tiba di kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada Senin (3/3). Hayati tiba untuk menggugat pemecatannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kepegawaian Negara (BKN) menerima laporan pemecatan terhadap Hayati Syafri Senin (4/3). BKN menganggap biasa atas laporan yang dilakukan oleh dosen bercadar di IAIN Bukit Tinggi itu.

Kepala Biro Humas BKN, Mohammad Ridwan mengatakan PNS seperti Hayati yang mendapat pemberhentian berkategori tidak hormat bukan atas permintaan sendiri punya hak banding administratif ke BKN. Mekanismenya dengan cara Hayati melapor ke Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek) lalu diberi tenggat waktu agar tim Bapek bekerja.

Baca Juga

"Ini mekansime biasa, tidak ada yang spesial, kami perlakuan sama. Masuk ke loket, diterima, lengkap lalu masuk ke kami. Ada tim di Bapek kalau enggak salah 14 sampai 21 hari batasnya baru keputusan," katanya pada wartawan di kantor BKN.

Sayangnya Hayati hanya diberi tenggat waktu sepanjang 14 hari untuk melakukan banding. Nantinya unsur tim Bapek terdiri pula dari Kemenag dan IAIN Bukit Tinggi. Kedua lembaga itu diharapkan memberi masukan dan paparan soal kasus Hayati. Walau begitu, keputusan tim Bapek belum tentu memihak Hayati. Bahkan keputusannya berpeluang memperberat sanksi.

"Keputusannya bisa membatalkan, menguatkan atau memperberat putusan PPK (pemecat Hayati). Upaya banding administratif di ranah Bapek, biarkan mereka menyelidiki, belum bisa sekarang hasilnya," ujarnya. Sebelumnya, Hayati dipecat pada 18 Februari 2019. Dosen bahasa Inggris yang telah mengenakan cadar sejak 2017 itu tak lagi bisa mengajar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement