REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi informasi makin memudahkan masuknya ideologi- ideologi asing yang tidak sesuai dengan landasan dan falsafah bangsa Indonesia. Karena itu, sebagai bangsa yang menjunjung tinggi dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan, sudah seharusnya bangsa Indonesia menggunakan kearifan lokal itu untuk melindungi sekaligus memperkuat persatuan dan kesatuan.
“Kalau bangsa itu punya identitas yang kuat, kalau ada tawaran-tawaran ideologi dari luar yang akan memecah belah persatuan Indonesia, tentu itu tidak akan bertahan lama. Kita punya struktur, kita punya ketahanan menyangkut identitas jati diri bangsa kita tadi, yakni budaya kearifan lokal yang banyak sekali. Jadi ini harus kita perkuat untuk memperkuat persatuan kita,” ujar Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Prof Hamdi Muluk, Rabu (14/3).
Dikatakan pria yang juga ahli psikologi politik ini, selama ini dengan banyaknya kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini, masyarakat Indonesia sudah lama berinteraksi dan sudah merasa satu Indonesia dengan macam-macam perbedaan paham, kebiasaan, adat istiadat yang dimiliki.
“Kita saling menghormati dan kita juga bisa mengamalkan nilai-nilai agama sesuai dengan konteks ke Indonesiaan yang sudah terjaga dengan baik. Itu harus dipertahankan,” ujar pria kelahiran Padang ini.
Dalam konteks kekinian, lanjut Hamdi, adanya paham-paham keagamaaan yang menyerukan ke arah radikalisme, memecah persatuan, kebinekaan, saling menyalahkan serta mengkafirkan satu sama lain, hal tersebut tentunya bisa kita cegah, seharusnya bisa dicegah dengan memperkuat kearifan lokal bangsa Indonesia.
“Kita memang harus memperkuat apa yang kita punya. Jadi dalam konteks ini kearifan lokal bisa kita kembangkan sedemikian rupa. Dan itu menjadi daya tahan kita dalam menangkal paham dari luar yang akan memecah belah bangsa kita,” ujarnya.