REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama memuji sikap Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin. Pujian itu setelah Syafruddin meminta jajarannya untuk tidak lagi menyebut Muslim terkait penyebaran kabar bohong atau hoaks.
"Kami berterima kasih atas sikap Wakapolri yang meminta agar penyebaran kabar bohong tidak diasosiasikan dengan umat Muslim, karena memang seorang Muslim itu sendiri tidak akan menyebarkan kabar bohong," ujar Ketua GNPF Ulama, Yusuf Muhammad Martak, di Jakarta, Senin (12/3).
Ia menjelaskan Islam sendiri tidak suka kebohongan dan fitnah. Begitu juga umat Islam tidak pernah melakukan itu.
"Umat Islam tidak akan pernah membalas kabar bohong dengan kabar bohong. Umat Islam hanya mengklarifikasi mengenai kabar tersebut apakah benar atau tidak," tambah dia.
Yusuf mendukung langkah pihak kepolisian untuk meringkus penyebar kabar bohong. Menurut dia, langkah tegas pihak kepolisian tersebut tentunya akan membuat kepercayaan publik kepada pihak kepolisian semakin meningkat.
"Polisi memang harus selangkah lebih cepat dari masyarakat untuk menangkap penghina ulama dan penista agama. Jangan sampai rakyat ribut, gara-gara diperlakukan tidak adil," jelas dia.
Sebelumnya, Wakapolri meminta agar jajaran Polri untuk jangan lagi menyebut MCA karena Muslim tidak akan melakukan hal yang tidak bertanggung jawab berupa menyebarkan kabar bohong. Sebelumnya, pihak kepolisian menangkap tujuh penyebar kabar bohong yang berada dalam kelompok The Family MCA.
Mereka ditangkap di sejumlah kota. Grup tersebut menyebarkan kabar bohong sesuai dengan isu yang berkembang dan bernada provokasi, seperti isu kebangkitan PKI, penculikan ulama, dan penyerangan terhadap nama baik presiden, dan lainnya.