REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) periode 1964-1970, Profesor Sardjito, dinilai pantas ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Sardjito dinilai berkontribusi dalam pembangunan politik nasional, terutama jati diri bangsa dalam kerangka ideologi negara.
Guru Besar Hukum Tata Negara UII, Mahfud MD, menilai jika berpolitik diartikan sebagai kegiatan bernegara maka sosok Sardjito turut berperan dalam perjuangan pembangunan politik nasional. Dalam pergerakan kemerdekaan, Sardjito turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan.
Mahfud menilai, pergerakan perjuangan kemerdekaan itu dibuktikan dengan Sardjito yang pernah aktif di dalam organisasi kebangsaan. Bahkan, organisasi itu terkenal sebagai gerakan yang membangun kesadaran nasionalisme Indonesia yaitu Boedi Oetomo.
"Keterlibatan Profesor Sardjito di dalam Boedi Oetomo ini bisa disebut sebagai kiprahnya dalam gerakan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia," kata Mahfud saat menjadi pembicara di seminar nasional Ilmuwan Pejuang, Pejuang Ilmuwan di Hotel Kempinski Indonesia.
Ia menegaskan, kontribusi Profesor Sardjito dalam politik inspiratif. Pertama lantaran sikap dan langkahnya dalam ikut membulatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara, dan kedua sikap dan langkahnya dalam menguatkan pandangan yang ditanamkan di dunia pendidikan.
Mahfud melanjutkan, produk perguruan tinggi di Indonesia haruslah sarjana-sarjana yang mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara di manapun. Ia merasa, Prof Sardjito turut berperan dalam ranah high politics.
Sosok Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 1950-1961 itu, dirasa sangat kuat memerankan posisi dirinya dengan memantapkan masalah penting dan mendasar. Terutama, dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara.
"Menguatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara guna mencapai tujuan didirikannya negara yakni membangun kesejahteraan rakyat, sesuai dengan arah yang digariskan di dalam pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945," ujar Mahfud.
Selain itu, Mahfud menilai, dari peran-peran yang dimainkan selama hidup, terutama dunia pendidikan tinggi, dapat dipotret Sardjito dengan memainkan peran politik inspiratifnya. Sardjito menggariskan UGM mendidik tenaga ahli, sarjana yang sujana atau budiman yang sarjana.
Artinya, secara langsung maupun tidak langsung produk-produk UGM harus mengabdikan dirinya kepada kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Mahfud berpendapat, Sardjito menekankan jika tamatan UGM harus jadi ilmuwan yang berbudi dan budiman yang berilmu.
"Di lingkungan UII yang pernah dipimpin Prof Sardjito, pernyataan Prof Sardjito dipopulerkan dengan narasi sarjana yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah," kata Mahfud.