Selasa 27 Feb 2018 14:11 WIB

Menko PMK Dukung Gelar Pahlawan Nasional untuk Sardjito

Puan menjelaskan Sardjito sangat berperan dalam dunia pendidikan tinggi Indonesia.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani  memberikan keterangan kepada media  usai mebuka acara  seminar nasional Ilmuwan Pejuang, Pejuang Ilmuwan di Jakarta, Selasa (27/2).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani memberikan keterangan kepada media usai mebuka acara seminar nasional Ilmuwan Pejuang, Pejuang Ilmuwan di Jakarta, Selasa (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, mendukung kajian pengusulan Profesor Sardjito untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Menurut Puan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan Sardjito patut diapresiasi dan diteruskan.

Puan mengatakan, perjuangan dan pengorbanan Sardjito jangan pernah dilupakan dan harus diabadikan. Hal itu sejalan dengan pemikiran Bung Karno yang menyatakan agar kita jangan sekali-kali melupakan sejarah.

"Jangan sampai kita menjadi bangsa yang melupakan sejarah dengan tidak mengenal pahlawannya yang sudah berjasa untuk bangsa," papar Puan dalam Seminar Nasional dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Bagi Prof. Dr. M. Sardjito, MPH., di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Selasa (27/2).

Menurut Puan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan Sardjito patut diapresiasi dan diteruskan. Saat ini, kata Puan, perlu dilihat lebih jauh kesiapan dan kelengkapan syarat-syarat pengajuan gelar pahlawan tersebut. Hal ini bisa dilihat antara lain dari jejak sejarah hingga kesaksian dari ahli sejarah terhadap peran dan kontribusi Sardjito.

Selain dalam bidang kesehatan, Puan menjelaskan bahwa Sardjito sangat berperan dalam dunia pendidikan tinggi Indonesia. Ketika Bandung menjadi lautan api, Profesor Sardjito menyelamatkan aset pendidikan dengan memindahkan Institut Pasteur ke Klaten dengan mempertaruhkan nyawanya.

Profesor Sardjito juga seorang budayawan. Pahatan pada Candi Borobudur pernah diteliti dan hasil penelitiannya disampaikan dalam kongres internasional di Manila pada tahun 1953 yang membuka mata dunia tentang tingginya peradaban di Indonesia pada masa lalu. Kemudian pada tahun 1991 Borobudur dinobatkan sebagai warisan dunia.

"Sardjito punya jiwa pengabdian yang tidak memikirkan untuk diri sendiri, melainkan untuk keilmuan, masyarakat, negara dan bangsa. Sifat keteladanan inilah yang perlu dicontoh oleh kita semua, generasi penerus bangsa," papar Puan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement