REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malaysia tertarik untuk mempelajari nilai-nilai Pancasila dan juga pengamalannya. Menurut Presiden Majlis Bekas Wakil Rakyat Malaysia Tan Sri Dr. Abdul Aziz Rahman, nilai-nilai Pancasila tersebut mirip dengan Rukun Negara di Malaysia.
Hal ini disampaikannya kepada Kepala Unit Kerja Presiden Pengembangan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latief di kantornya, Senin (26/2).
"Jadi kita tengok nampak Rukun Negara begitu juga. Supaya dikembangkan dari segi ideologinya, dari segi pengamalannya, dihayati," kata dia.
Menurut Abdul Aziz, dalam pertemuan ini, Malaysia dan Indonesia saling bertukar pandangan dan pengalaman terkait ideologi Pancasila.
"Berkenaan dengan Pancasila di sini untuk kita berkongsi idea dan pengalaman beliau (Yudi Latief) sendiri dengan tim yang kuat di sini untuk saya gunakan sebagai landasan membentuk institut Rukun Negara di Malaysia," kata Abdul Aziz.
Ia mengatakan, nilai-nilai Pancasila memiliki kesamaan poin dengan Rukun Negara di Malaysia. Selanjutnya, untuk bertukar pandangan, akan diselenggarakan seminar yang akan dihadiri sekitar 1.000 peserta dari mahasiswa dan pemimpin dua negara.
"So mungkin seminar akan diunjukkan antara sekolah di sini (Malaysia) dan sekolah di Indonesia di bulan September di Malaysia, dan juga pemimpin-pemimpin muda di Indonesia untuk mengerti program yang sama bersama anak-anak muda di Malaysia," jelas dia.
Sementara itu, Kepala UKP PIP Yudi Latief menambahkan, kedua negara akan saling bertukar pandangan dan mempelajari masing-masing kelebihan yang dimiliki. Indonesia, kata Yudi, memiliki keunggulan dari sisi ideologi Pancasila. Sementara Malaysia unggul di bidang pembangunan negara.
"Malaysia di mana di sana mungkin pembangunan negaranya, state buildingnya bagus, artinya relatif pembangunan ekonomi berjalan baik, infrastruktur baik, sekolah-sekolah baik. Tapi dari segi pembangunan bangsanya, nation buildingnya masih mempunyai masalah yang sangat serius," jelas dia.
Ia mengatakan, ego rasial di Malaysia masih tinggi sehingga segregasi antar ras pun masih terjadi. Sementara itu, di Indonesia meskipun masih terjadi beberapa kasus terkait SARA, namun masyarakat Indonesia masih dapat hidup berdampingan. Karena itu, Malaysia akan mempelajari nilai-nilai dari Pancasila untuk meningkatkan persatuan.
"Bahkan katanya perayaan hari kemerdekaan (di Malaysia) itu, memang semua merayakan tapi dirayakan masing-masing garis etnisnya," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, Indonesia dapat belajar dari Malaysia dalam mengejar perbaikan ekonomi.
"Jadi itu Indonesia masih harus banyak belajar terhadap Malaysia, Malaysia tingkat ekonominya baik, pelayanannya baik, sekolah baik. Tapi di dalam nation buildingnya ternyata kita boleh mengatakan lebih baik," kata Yudi.