Kamis 22 Feb 2018 06:17 WIB

Butuh Waktu 2 Jam Melintasi Kemacetan Margonda Depok

Tak ada kawasan yang tidak macet di Depok, dan seperti tidak ada solusi.

Pekerja menyelesaikan pembuatan pelebaran taman separator di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, belum lama ini.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja menyelesaikan pembuatan pelebaran taman separator di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rusdy Nurdiansyah

Parah! "Kemacetan sudah tak ketulungan. Pagi, siang, sore hingga malam, Depok, macet, cet," teriak Surya, pengguna mobil, warga Kompleks Permata, Citayam, Depok, Rabu (21/2).

Umpatan senada juga dilontarkan Inong, seorang pengguna mobil, warga Sawangan. "Ampun-ampunan dah, macetnya. Nggak ada kawasan yang nggak macet di Depok," tegasnya.

Bergumul setiap harinya dengan kemacetan di Kota Depok juga sangat di rasakan Ricky, warga Grand Depok City (GDC). Lelaki yang bekerja di salah satu kantor pemerintahan di Jakarta itu setiap harinya berangkat dan pulang kerja naik bus kantor. "Saya rasakan memang Depok semakin macet, terutama di Jalan Margonda, Jalan Kartini, dan Jalan Dewi Sartika," katanya.

Menurut Ricky, kemacetan di Jalan Kartini dan Jalan Margonda dirasakan saat berangkat kerja pukul 05.00 WIB. Saat pulang kerja pada pukul 19.00 WIB, macet seperti sengaja menunggu untuk menyiksanya lebih berat. "Butuh waktu dua jam melintas kemacetan di Jalan Margonda di jam berangkat kerja pada pagi hari dan jam pulang kerja di sore dan malam hari," katanya.

Macet parah terlihat di sebagian besar jalan di Kota Depok, terutama di Jalan Margonda pada hari kerja saat jam berangkat kerja pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB. Volume mobil maupun motor begitu besar berbondong melintas di jalan utama menuju Jakarta Selatan.

Kemacetan parah kembali terjadi di Margonda pada saat jam pulang kerja yang dimulai pada pukul 16.00 WIB hingga 21.00 WIB. Di luar jam berangkat dan pulang kerja itu, kemacetan masih terjadi di Margonda, tapi masih dalam batas normal. Biasanya, terjadi di persimpangan lampu merah Ramanda dan Jalan Juanda, tempat putar arah, dan depan pusat perbelanjaan, seperti Detos, Margo City, Terminal Depok, dan ITC.

Kemacetan semakin parah justru dirasakan saat hari libur, Sabtu dan Ahad. Hampir semua jalan utama di Kota Depok dipenuhi kendaraan menumpuk mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Tetap saja yang terparah terjadi di Jalan Margonda, Dewi Sartika, Raya Sawangan, Raya Cinere, Akses UI, Siliwangi, Raden Saleh, dan Juanda.

Selain karena volume kendaraan yang tak diimbangi lebar jalan, sebagian besar kemacetan disebabkan oleh tidak tertib lalu lintas para pengguna jalan.

Di Jalan Margonda dan Jalan Kartini, banyak orang lalu lalang dan mobil atau motor yang parkir sembarangan di badan jalan. Angkutan umum, seperti angkutan kota dan daring sering ngetem di bahu jalan depan pintu masuk Stasiun Kereta maupun pusat perbelanjaan.

Sementara, kemacetan di Jalan Dewi Sartika lebih karena adanya lintasan di rel kereta. Kereta rel listrik (KRL) dari Bogor dan Depok melintas setiap lima menit sekali. Palang pintu tentu harus sudah tertutup semenit sebelum KRL melintas. Dampaknya, pengendara motor dan mobil terlihat memenuhi Jalan Dewi Sartika yang merupakan jalan satu arah dengan empat jalur.

"Mengatasi kemacetan karena lintasan KRL, tidak ada jalan lain, solusinya membangun fly over atau underpass di Jalan Dewi Sartika," kata Sekretaris Dinas Perhubungan (Sekdis Dishub) Kota Depok Yusmanto.

Menurut dia, pihaknya bersama Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Depok sudah melakukan berbagai upaya mengatasi kemacetan di jalan utama. Salah satunya dengan membuat rekayasa lalu lintas sistem satu arah (SSA) di Jalan Nusantara, Dewi Sartika, dan Arif Rahman Hakim (ARH) mulai pukul 15.00 WIB hingga 21.00 WIB. SSA ini dibuat untuk melimpahkan kendaraan yang menumpuk di Margonda.

Yusmanto mengklaim, SSA cukup efektif mengurai kemacetan di Margonda. "Hampir 32 ribu kendaraan, mobil maupun motor yang melintas dari Jalan Margonda menuju Jalan Raya Sawangan. Dengan diberlakukan SSA, lalu lintas dari Jalan Margonda menuju Jalan Raya Sawangan relatif lancar," kata Yusmanto.

Selain itu, pihaknya juga memberlakukan jalur khusus angkot dan motor yang melintas di Jalan Margonda. Angkot dan motor harus melalui jalur lambat yang baru dipisahkan dengan jalur cepat. Pihak Satlantas Polres Depok akan menindak dengan penilangan jika ada angkot dan motor melintas di jalur cepat, begitu juga dengan angkot dan transportasi daring yang ngetem.

Yusmanto mengatakan, ada 50 anggota Dishub yang dikerahkan di setiap persimpangan jalan utama, 20 orang di putaran arah, dan 10 orang mengunakan mobil patroli kendaran yang parkir di sembarangan tempat. "Kami sangat berharap Jalan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) dan Jalan Tol Depok-Antasri (Desari) dapat segera selesai dibangun, sehingga kemungkinan akan dapat mengurangi kemacetan," katanya.

Dishub Depok juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Depok untuk membangun jalan penghubung baru dan melakukan pelebaran jalan, terutama di persimpangan jalan, seperti persimpangan Jalan ARH-Jalan Nusantara, persimpangan Jalan Nusantara-Jembatan Sengon, serta persimpangan Jalan Serua-Jalan Curug. Sebab, jalan yang sempit dan kurangnya jalan penghubung wilayah juga menyebabkan kemacetan.

Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Depok Kompol Sutomo mengungkapkan, untuk mengatasi kemacetan, terutama di Jalan Margonda, pihaknya mebentuk tim Unit khusus Pengurai Kemacetan (Ucet). Tujuannya, memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam mengatasi kemacetan di jalan.

"Ada dua unit Tim Ucet dengan dua unit mobil patroli. Setiap tim beranggotakan tiga polwan yang bertugas menertibkan kendaraan yang melanggar lalu lintas di jalan," katanya. (Pengolah: ilham tirta).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement