REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Yayasan Haji Karim Oei/Masjid Lautze Ali Karim mengatakan umat Muslim dari etnis Tionghoa bisa memanfaatkan Tahun Baru Imlek Oei untuk bersilaturahim dengan keluarganya yang belum memeluk agama Islam. Sebab, silaturahim adalah suatu hal yang dianjurkan dalam ajaran Islam.
"Saat Imlek kan keluarga besar biasanya berkumpul. Mungkin keluarganya ada yang belum memeluk Islam. Ikut berkumpul saja untuk silaturahim," kata Ali dihubungi di Jakarta, Kamis (15/2).
Ali mengatakan etnis Tionghoa Muslim harus tetap menjalin silaturahim dengan keluarganya yang belum memeluk agama Islam. Dengan menjalin silaturahim, etnis Tionghoa Muslim justru bisa melakukan syiar untuk menghilangkan pandangan-pandangan negatif umat beragama lain terhadap Islam.
"Tunjukkan bahwa setelah memeluk Islam, hidup menjadi lebih baik. Berdakwah tidak harus dengan lisan, tetapi juga bisa dengan akhlak yang baik," tuturnya.
Menurut Ali, Imlek bukanlah perayaan agama. Sejarah Imlek dimulai oleh Kaisar Wu dari Dinasti Han di Cina, setelah dinasti-dinasti sebelumnya gagal menciptakan sistem penanggalan yang bisa digunakan di seluruh Cina.
Apakah kemudian Masjid Lautze, yang jamaahnya mayoritas etnis Tionghoa, kemudian mengadakan acara khusus saat Imlek? Ali mengatakan tidak ada acara khusus.
"Kita mengadakan kegiatan yang sesuai dengan Alquran dan Hadist saja supaya nanti tidak menjadi kebiasaan, kemudian menyimpang dari agama," katanya.
Dia menyontohkan sebagian masyarakat yang salah kaprah dalam memaknai kegiatan agama menjadi hal-hal yang menyimpang untuk ritual-ritual yang tidak diajarkan dalam Alquran dan Hadist, misalnya mencuci pusaka.
"Budaya Cina itu kuat. Mengadakan acara untuk Imlek tentu dengan niat yang baik, tetapi kami takut kalau nanti setelah puluhan tahun menjadi kebiasaan lalu berubah menjadi menyimpang," katanya.