Rabu 14 Feb 2018 08:19 WIB

IDI: Psikologis Pengaruhi Kondisi Pascaimunisasi

Ketakutan berlebihan bisa menyebabkan pingsan hingga kejang.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja menunjukan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja menunjukan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan kondisi psikologis seperti ketakutan dan panik berlebihan bisa mempengaruhi kondisi pascaimunisasi. Ketua IDI, dr Daeng Muhammad Faqih menyampaikan anak yang pingsan pascavaksinasi bisa jadi karena mass histerical reaction tersebut.

Ia menyampaikan ini menanggapi laporan sejumlah santri yang dibawa ke rumah sakit karena pingsan dan kejang pascaimunisasi Difteri beberapa waktu lalu. "Coba dicek lagi karena kalau ada KIPI kejang tidak akan cepat pulihnya, ini pasiennya sudah tidak apa-apa saat dibawa ke rumah sakit," kata dia saat dihubungi Republika.co.id.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, DR. Dr. Kohar Hari Santoso disela-sela kunjungannya ke Pamekasan, Madura, Ahad (11/02) lalu, juga sempat mengungkapkan bahwa peristiwa di Ponpes Al-Falah bukan dari vaksin. Melainkan karena faktor ketakutan yang berlebihan dari para santri.

Saat datang langsung ke Puskesmas Kadur justru kesehatan pasien sudah sehat dan kondisinya baik. Tak lama beberapa santri sudah bisa dipulangkan.

Dinas Kesehatan berharap masyarakat tidak khawatir lagi terhadap program pemerintah untuk imunisasi difteri, sebab imunisasi itu adalah untuk menambah ketahanan tubuh. Dinkes mengingatkan biasanya efek imunisasi hanya berupa demam dan sakit di sekitar daerah suntikan.

"Itu pun jarang dan tidak berlangsung lama," kata Daeng. Ia sudah berkomunikasi terkait hal ini dengan rekannya sesama dokter di Pamekasan, IDI juga Dinkes. Mereka memastikan ini bukan KIPI melainkan efek dari kondisi psikologis anak-anak yang takut berlebihan.

Ia meminta agar semua pihak kembali menelaah informasi dan konfirmasi secara langsung terkait segala pemberitaan tentang vaksinasi. Ia mengaku tidak ingin ada efek buruk karena kondisi yang sebenarnya tidak terjadi.

"Jangan sampai informasi yang kurang akurat menimbulkan kepanikan dan kesalahpahaman masyarakat," kata dia. Hal tersebut tidak menguntungkan karena nanti masyarakat bisa menanggung risikonya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement