Kamis 01 Feb 2018 12:05 WIB

45.018 Anak di Madiun akan Divaksin Difteri

Pemprov Jatim yang telah menyatakan wabah difteri sebagai KLB di wilayah Madiun.

Petugas mempersiapkan vaksin Difteri untuk pegawai Kementerian Dalam Negeri (kemendagri) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) di Kantor Kemendagri, Jakarta, Kamis (28/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas mempersiapkan vaksin Difteri untuk pegawai Kementerian Dalam Negeri (kemendagri) dan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) di Kantor Kemendagri, Jakarta, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Madiun Agung Sulistya Wardani menyatakaan sebanyak 45.018 anak di wilayah tu akan divaksin difteri guna mencegah tertularnya penyakit yang bisa menyebabkan kematian tersebut. Menurut Wardani, pemberian vaksin atau imunisasi difteri tersebut dilakukan serentak melalui gerakan 'Outbreak Respons Immunization' (ORI). "Totalnya ada 45.018 anak usia 1-19 tahun yang akan diimunisasi," ujar Dokter Wardani kepada wartawan di Madiun, Jawa Timur, Kamis (1/2).

Dari data sebanyak 45.018 anak tersebut, 9.598 anak di antaranya berusia satu hingga lima tahun, 4.959 anak berusia lima hingga tujuh tahun, dan 30.461 anak berusia tujuh hingga 19 tahun. Mereka masuk dalam rentang umur yang diimunisasi karena dinilai kekebalan tubuhnya masih lemah terhadap toksin difteri yang dibawa oleh bakteri difteri.

Selain itu, pemberian vaksin difteri secara serentak ini juga menindaklanjuti Pemprov Jatim yang telah menyatakan wabah difteri sebagai KLB atau kejadian luar biasa di wilayah Madiun. Sesuai rencana imunisasi serentak ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Dimulai pada Februari yang dimulai Senin (5/2) mendatang, kemudian pada Juli, dan terakhir pada November atau Desember 2018. "Imunisasi akan dilaksanakan di puskesmas-puskesmas, posyandu, klinik kesehatan atau pusat pelayanan kesehatan yang lain," kata dia.

Ia menjelaskan, untuk mengimunisasi 45.018 anak tersebut dibutuhkan 20.490 ampul vaksin. Masing-masing tahap sebanyak 6.830 ampul.

Dari 6.830 ampul tiap tahap, terbagi 2.400 ampul untuk jenis vaksin pentavalen yang diberikan pada anak usia 1-5 tahun, lalu 620 ampul untuk jenis DT yang akan disuntikkan pada anak usia 5-7 tahun, dan 3.810 ampul untuk jenis TD yang akan disuntikkan kepada anak usia 7-19 tahun.

Bagi warga di atas usia tersebut yang ingin kebal terhadap bakteri difteri juga bisa mendapatkan imunisasi tersebut. Namun harus membeli sendiri karena tidak ditanggung pemerintah. Harganya sekitar Rp 400 ribu untuk sekali dosis suntikan atau sekali imunisasi.

"Harganya mahal. Miliaran rupiah nilainya untuk kegiatan ORI. Karena itu harus dimanfaatkan betul oleh seluruh warga. Orang tua dan kepala sekolah diminta bekerja sama dengan mengerahkan anak dan siswa-siswanya untuk diimunisasi," katanya.

Ia menambahkan, penyakit difteri sangat mudah menular. Ada dua cara penularan penyakit ini, yakni melalui percikan ludah dan sentuhan. Karena itu, masyarakat harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Di antaranya tidak meludah sembarangan, rajin cuci tangan, makan makanan bergizi, dan hidup sehat lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement