Selasa 13 Feb 2018 01:56 WIB

Suliyono; Alumni Poso yang Gagal ke Suriah, Serang Gereja

Pelaku serangan gereja diduga mendapat paham radikalisme untuk serang kaum kafir.

Rep: Wahyu Suryana, Arif Satrio/ Red: Elba Damhuri
Aiptu Almunir, satu dari tiga petugas Kepolisian peringkus pelaku serangan di Gereja Santa Lidwina, saat ditemui di Polda DIY.  Pria asli Bantul tersebut saat ini dinas di Polsek Gamping, Kabupaten Sleman, DIY. Senin (12/2).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Aiptu Almunir, satu dari tiga petugas Kepolisian peringkus pelaku serangan di Gereja Santa Lidwina, saat ditemui di Polda DIY. Pria asli Bantul tersebut saat ini dinas di Polsek Gamping, Kabupaten Sleman, DIY. Senin (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Kehidupan umat beragama di Indonesia terus mengalami ujian berat. Setelah rentetan penganiayaan dan serangan terhadap ulama dan ustaz, kini giliran gereja dan jemaatnya yang menjadi sasaran. Pada Ahad (11/2) pagi usai misa,

seseorang tak dikenal menyerang Gereja Santa Lidwina, Jambon Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta.

Empat orang terluka dalam kejadian tersebut. Mereka adalah dua anggota jemaat gereja bernama Yohanes dan Budijono, seorang pastor asal Jerman bernama Romo Prier, dan satu polisi, Aiptu Almunir. Polisi Almunir yang kemudian meringkus sang pelaku yang membawa pedang itu.

Pelaku belakangan diketahui bernama Suliyono (22), warga Krajan RT 02 RW 01 Kandangan, Pesanggrahan Banyuwangi, Jawa Timur. Ia akhirnya dilumpuhkan polisi karena tetap melawan. Hingga saat ini kondisi pelaku masih kritis dan belum diketahui apakah mengalami gangguan kejiwaan atau tidak.

Polisi menduga Suliyono mendapat pengaruh paham radikalisme sehingga menyerang orang-orang yang dianggap kafir. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan pelaku pernah tinggal di Poso, Sulawesi Tengah.

Selama berada di Poso Suliyono diduga mengikuti kelompok prokekerasan yang ingin memperjuangkan nilai-nilai yang mereka percaya. "Ada indikasi kuat yang bersangkutan ini mendapat paham radikal yang prokekerasan," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (12/2).

Suliyono diduga pernah berencana pergi ke Suriah dengan membuat paspor terlebih dahulu, tapi gagal. Setelah kepergiannya ke Suriah tidak terealisasi, ia diduga melakukan aksi teror. Polisi masih menelusuri keterkaitan pelaku dengan jaringan teroris atau ia bertindak sendiri (lone wolf).

Saat melakukan aksi serangan, Suliyono membawa tas. Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri, menyatakan ada ijazah di tas pelaku. Namun, ia belum bisa memastikan status pelaku, termasuk lembaga pendidikan ijazah tersebut. "Kita amankan ijazahnya," kata Dhofiri saat meninjau tempat kejadian perkara, Ahad (11/2).

Namun, lanjut Dhofiri, untuk saat ini masih belum bisa dipastikan asal muasal ijazah itu. Walau kabar yang beredar pelaku merupakan mahasiswa, ia menekankan status pelaku sampai saat ini masih terus didalami. "Identitasnya mahasiswa, tapi kondisinya belum stabil jadi kita belum tahu pasti," ujar Dhofiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement