Jumat 09 Feb 2018 02:43 WIB

60 Persen Kebakaran SPBU Sulsel karena Kelalaian Konsumen

Masih banyak konsumen langgar larangan menggunakan ponsel di SPBU.

 Warga melihat lokasi kebakaran yang menghanguskan sebuah mobil dan sepeda motor di SPBU.
Warga melihat lokasi kebakaran yang menghanguskan sebuah mobil dan sepeda motor di SPBU.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Unit Manajer Komunikasi dan CSR PT Pertamina MOR VII M Roby Hervindo mengatakan sekitar 60 persen kebakaran yang terjadi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) disebabkan kelalaian konsumen.

"Di Sulawesi Selatan (Sulsel) angka kebakaran SPBU sangat kecil, dan 60 persen terjadi karena kelalaian konsumen," kata Roby meski tanpa merinci jumlah kasus kebakaran tersebut, di Makassar, Kamis (8/2).

Konsumen, kata dia, masih kurang menyadari pentingnya mematuhi rambu-rambu larangan yang ada di SPBU, misalnya larangan menggunakan telepon genggam dan memotret di fasilitas tersebut. "Uap dari bahan bakar, sangat mudah terbakar, sementara ada listrik statis yang dapat dihasilkan dari ponsel dan kamera, kalau ini bertemu bisa menyebabkan percikan api dan menyulut kebakaran," jelas Roby.

Penyebab kebakaran lain yang sering ditemukan adalah konsumen yang memodifikasi bagian mesin atau knalpot kendaraannya. "Ini sangat berbahaya, perlu disadari desain kendaraan dari pabrik sudah memiliki standar keamanan sendiri, jika dimodifikasi, ini justru bisa menyebabkan kendaraan terbakar," ujarnya.

Tidak jarang pula, kata dia, ada konsumen yang langsung menjalankan kendaraannya padahal pengisian bahan bakar masih berlangsung. Untuk meminimalkan peluang terjadinya kebakaran dan mengurangi dampaknya, ia mengatakan para pekerja di SPBU telah dilatih mencegah dan menangani kebakaran.

"Mereka harus tahu, misalnya bagaimana menggunakan alat pemadam api," imbuhnya.

Di sisi lain, ia melanjutkan, terus berupaya membangun kesadaran masyarakat mengenai aspek kesehatan dan keselamatan di SPBU. Salah satunya, kata dia, dengan memperkenalkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) kepada anak-anak SD, dan meluncurkan program Sekolah Keselamatan. Budaya K3 ini, lanjutnya, diperkenalkan melalui kegiatan yang menghibur sekaligus mendidik seperti menggambar, mewarnai dan bercerita.

"Kami ingin menanamkan nilai-nilai K3 sejak dini sehingga mereka akan menerapkannya hingga dewasa nanti, mereka juga bisa mengingatkan orang-orang dewasa di sekitarnya," jelasnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement