Senin 05 Feb 2018 04:25 WIB

Cerita Sandi Bujuk Anies Jadi Cagub DKI

Sandiaga Uno butuh dua-tiga hari untuk meyakinkan Anies Baswedan

Rep: Sri Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Gubernur Sandiaga Uno (kiri) seusai mengikuti Rapat Paripurna di DPRD DKI Jakarta, Rabu (15/11).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Gubernur Sandiaga Uno (kiri) seusai mengikuti Rapat Paripurna di DPRD DKI Jakarta, Rabu (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Politikus Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno rupanya pernah berusaha keras membujuk Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Rasyid Baswedan untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta. Proses ini menurutnya berlangsung selama tiga hari.

"Saya mati-matian waktu itu ngajak Mas Anies. Saya yakinin Mas Anies itu sampai dua-tiga hari untuk bisa gabung bersama saya," kata Sandi, sapaan akrabnya, dalam pertemuan Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) DKI di Central Restaurant, Petojo, Jakarta Pusat, Ahad (4/2).

Sandi menceritakan, saat itu Anies baru saja di-reshuffle dari jabatannya sebagai mendikbud oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mantan tim sukses Jokowi itu digantikan oleh mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Muhadjir Effendy.

Saat ditawari untuk menjadi pasangan politik Sandiaga, Anies awalnya menolak. Namun Sandi terus mencoba meyakinkan mantan Rektor Universitas Paramadina itu. Ia mengatakan, sesuai latar belakang Anies, pendidikan adalah isu utama di DKI Jakarta.

"Isu utamanya adalah pendidikan, Mas. Mohon diperhatikan. Mohon diperhatikan," ujar Sandiaga mengenang cara dia membujuk Anies.

Kepada Anies, Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini menceritakan bahwa warga DKI belum mendapatkan pendidikan yang baik atau dalam istilah dia "tuntas berkualitas". Ia menyebutkan, angka partisipasi murni pendidikan di DKI masih kecil.

Di Jakarta Utara angka itu masih di bawah 60 persen. Artinya, dari 10 siswa usia lulus SMA, hanya ada kurang dari enam orang yang menyelesaikan pendidikannya pada jenjang itu. Di Kepulauan Seribu, kata Sandiaga, fenomena yang terjadi lebih memprihatinkan. Angka partisipasi murni pendidikan di daerah ini kurang dari 40 persen.

"Berarti ada masalah utama mengenai pendidikan yang kita harapkan lebih tuntas berkualitas ke depan," ujar dia.

Sandiaga tak menceritakan bagaimana akhirnya Anies terbujuk rayuannya. Namun, publik dapat melihat, pada akhirnya Anies mengambil keputusan yang ketika itu cukup kontroversial.

Penggagas Gerakan Indonesia Mengajar itu akhirnya masuk dalam kubu Partai Gerindra dan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berpasangan dengan Sandiaga yang pengusaha, ia melawan pasangan pejawat (incumbent) Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Kini keduanya telah memenangkan kontestasi tersebut dan melenggang sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Cerita itu bergulir dalam pertemuan Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI) DKI di Central Restaurant, Petojo, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan tersebut, Sandiaga menceritakan pembangunan yang kini sedang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Sandiaga menyebutkan, pendidikan merupakan masalah prioritas kedua yang ingin diselesaikan dalam pemerintahannya. Masalah pertama yaitu penciptaan lapangan pekerjaan, sedangkan yang ketiga adalah menciptakan biaya hidup terjangkau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement