Selasa 30 Jan 2018 11:29 WIB

Daerah Wajib ORI Difteri, Pemkab Bogor Sebar 36 Ribu Vaksin

Kabupaten Bogor sebenarnya tidak termasuk dalam wilayah dengan KLB difteri.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Andri Saubani
Pekerja menunjukan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja menunjukan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ditetapkan sebagai salah satu daerah yang wajib melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI), Kabupaten Bogor siap menggelar vaksinasi difteri masal pada Februari. Untuk waktu pastinya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor masih menunggu perintah dari Kementerian Kesehatan.

Dinkes Kabupaten Bogor akan memulai tahap pertama dengan pemberian 36 ribu vaksin. Menurut Kepala Seksi Surveilans Dinkes Kabupaten Bogor, Adang Mulyana, vaksin itu akan diambil dari Bandung pada Rabu (31/1).

"Tidak hanya perintah, Adang mengatakan, pihaknya juga menunggu logistik utama lainnya dari Kementerian. Di antaranya, jarum suntik dan safety box," tuturnya ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (30/1).

Adang menuturkan, Kabupaten Bogor sebenarnya tidak termasuk dalam wilayah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Dinkes mencatat 26 laporan kasus dugaan difteri dari 2017 hingga Januari 2018 dengan 70 persen pasien di antaranya belum melengkapi imunisasi atau belum mendapatkan vaksin difteri.

"Dari total 26 laporan, tiga di antaranya terbukti positif difteri setelah uji laboratorium dengan dua orang meninggal dunia. Satu lainnya sudah sembuh," ucap Sekretaris Dinkes Kabupaten Bogor, Erwin Suriana, kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Keseluruhan laporan masuk berasal dari 23 desa di 13 kecamatan se-Kabupaten Bogor. Untuk mengantisipasi penyebaran lebih lanjut, Erwin menjelaskan, Dinkes Kabupaten Bogor sudah memberikan pelatihan khusus kepada tenaga medis untuk menangani pasien dengan gejala difteri.

"Harapannya, melalui pelatihan di tingkat puskesmas itu, tenaga medis dapat memeriksa secara tepat. Semuanya diberikan pemahaman yang sama terkait bagaimana menentukan suspect difteri," tutur Erwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement