Senin 29 Jan 2018 18:52 WIB

17 Kabupaten di Papua Berpotensi Campak dan Gizi Buruk

Menkes mengatakan wabah campak dan gizi buruk membaik.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Dua ibu menggendong anaknya saat menunggu antrean berobat di puskesmas Ayam di kampung Bayiwpinam, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Papua.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Dua ibu menggendong anaknya saat menunggu antrean berobat di puskesmas Ayam di kampung Bayiwpinam, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh mengatakan saat ini masih terdapat 17 Kabupaten yang berpotensi terdampak kasus campak dan gizi buruk di Papua. Di antara kabupaten tersebut termasuk Asmat, Papua.

Subuh menjelaskan, kabupaten tersebut di antaranya Yakuhimo, Tolikara, Pegunungan Bintang, Boven Digoel,Lanny Jaya, Puncak, Puncak Jaya, Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, Waropen, Sukuyori, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, Paniaidan Yalimo dan Nduga.

 

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila Moeloek mengungkapkan Kemenkes bersama TNI dan Kementerian terkait lainnya beserta dinas setempat telah melakukan penyisiran terhadap daerah tersebut. Namun saat ini, kata Nila, wabah campak dan gizi buruk yang berpotensi di daerah tersebut sudah semakin membaik.

 

"Tapi tetap Yakuhimo dan daerah yang ada disekitar sana (berpotensi). Yakuhimo, Tolikara, Pegunungan Bintang, Boven Digoel, kita sisir daerah yang imunisasinya rendah, daerah yang gizi buruknya tinggi," kata Nila dalam Forum Merdeka Barat 9 yang bertema 'Memajukan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Papua,' di Gedung Kemkominfo, Jakarta, Senin (29/1).

 

Nila menyebutkan, tim kesehatan terpadu memastikan telah memeriksa sebanyak 12.398 anak di Kabupaten Asmat, sejak September tahun lalu. Sebanyak 646 anak diantaranya terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk.

 

Ancaman KLB dan SDM Kesehatan di Papua

 

Namun, seluruh anak-anak tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dengan diberikan imunisasi dan juga pemberian makanan tambahan untuk pemulihan.

 

Untuk penanggulangannya sendiri, Nila mengatakan Kemenkes telah mengirim tenaga kesehatan kedaerah-daerah yang terkena wabah. Sejak 16 Januari, Kemenkes telah mengirimkan 39 tenaga kesehatan.

 

"Terdiri dari 11 orang dokter spesialis, empat orang dokter umum, tiga perawat, dua penata anestesi dan 19 tenaga kesehatan yang terdiri dari ahli gizi, kesehatan lingkungan dan surveilens," tambahnya.

 

Pada gelombang kedua, Kemenkes juga telah menurunkan tim Flying Health Care (FHC) pada 26 Januari lalu, yang bertugas selama 10 hari. Tercatat ada 36 tenaga kesehatan ysng diturunkan.

 

"Selanjutnya tengah dipersiapkan 9 gelombang FHC yang akan berlangsung sekitar tiga bulan. Timnya akan berganti terus untuk menjaga stamina tenaga kesehatan," tambah Nila.

 

Hingga saat ini Kemenkes telah mendistribusikan 1,2 ton obat pengendalian KLB gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat. Pengiriman dilakukan bersamaan dengan keberangkatan 39 tenaga kesehatan untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan obat bagi penderita gizi buruk dan campak. Obat-obat tersebut diantaranya berupa amoksilin, salep antibakteri, parasetamol, infusion, vitamin dan obat lainnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement