Jumat 26 Jan 2018 15:32 WIB

Pantai Timur Sumatra Rawan Akibat Jaringan Narkoba Malaysia

Peningkatan penyelundupan itu terjadi di jalur laut, khususnya Selat Malaka

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari memasukkan barang bukti narkoba jenis sabu ke dalam mesin pemusnahan saat pemusnahan barang bukti sabu jaringan Malaysia di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Jumat (26/1).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari memasukkan barang bukti narkoba jenis sabu ke dalam mesin pemusnahan saat pemusnahan barang bukti sabu jaringan Malaysia di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Jumat (26/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Badan Narkotika Nasional (BNN) melihat adanya indikasi peningkatan penyelundupan narkotika dari Malaysia di awal 2018 ini. Peningkatan penyelundupan itu terjadi di jalur laut, khususnya Selat Malaka. Hal ini mengakibatkan garis pantai timur Sumatra menjadi daerah rawan penyebaran narkotika.

"Ini ada tren perkembangan meningkat dalam kasus penyelundupan narkoba khususnya yang masuk dari jalur laut, spesifiknya dari negara tetangga Malaysia," kata Deputi Pemberantasan Narkoba BNN Inspektur Jenderal Arman Depari di BNN, Jakarta, Jumat (26/1).

Arman menyebutkan, belakangan ini, para penyelundup yang berupaya memasukan narkoba ke Indonesia semuanya datang dari Malaysia. Terakhir pada 10 Januari 2018 lalu, 40 kilogram sabu juga diungkap dari jaringan Penang-Malaysia. "Yang kita tangkap tadi dari tahun lalu itu dari Malaysia, yang masuk Kalimantan, Medan Sumut, Aceh dari Malaysia semua," ungkap Arman.

 

photo
Deputi Pemberantasan BNN Arman Depari memperlihatkan identitas pelaku WN Malaysia saat merilis kasus sindikat narkoba Malaysia di Jakarta (ilustrasi)

Menurut Arman, penyelundupan narkoba 80 persen dilakukan melewati laut. Lokasi Indonesia dan Malaysia, secara kelautan sangat dekat. Bahkan di antara kedua negara terdapat Selat Malaka yang merupakan arus lalu lintas perdagangan laut dunia.

"Kalau kita lihat jarak Indonesia dan Malaysia di pesisir pantai timur itu bisa dicapai dengan tiga jam saja, bahkan ada yang dekat satu jam saja sampai di Indonesia," kata Arman.

Hal tersebut akhirnya mengakibatkan pantai timur Sumatra menjadi rawan penyelundupan. Hal ini diperparah dengan banyaknya dermaga ilegal di garis pantai tersebut.

Arman menyebutkan garis pantai tersebut banyak yang terbuka dan tidak terdapat pengawasan. Pantai Timur Sumatra tersebut meliputi ujung Sabang sampai ke Lampung serta Kepulauan Riau.

Kedekatan dengan laut Malaka juga mengakibatkan banyaknya transaksi di tengah lautan yang disebut dengan transaksi ship to ship dari Sindikat Malaysia dan Indonesia. Arman mengatakan, kejadian itu terjadi di ordinat tertentu di tengah lautan. "Itu permasalahannya, nah pelabuhan pelabuhan ini dulu bukan hanya untuk penyelundupan narkoba, tapi juga barang barang yang lain, yang bernilai ekonomi tinggi yang kita kerja ilegal keluar masuk lewat situ," kata Arman.

 

photo
Tersangka memasukkan barang bukti narkoba jenis sabu ke dalam mesin pemusnahan saat pemusnahan barang bukti sabu jaringan Malaysia di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Jumat (26/1).

Sayangnya, menurut Arman nelayan juga banyak dimanfaatkan oleh sindikat penyelundupan narkoba ini. "Ada nelayan, ada yang profesional ada yang disiapkan untuk itu, kebetulan yang daerah Indonesia kebanyakan nelayan," ujarnya.

Untuk itu, Arman berharap agar seluruh pihak bisa bekerja sama. Ia berharap bukan hanya BNN yang fokus mengejar para pengedar narkotika. Namun juga Polri dengan Ditpolairud, TNI dengan TNI AL, Bakamla, Bea Cukai dan seluruh /stakeholder lainnya.

"Karena kita ini perang dengan narkoba, sehingga harus mengerahkan semuanya," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement