Senin 22 Jan 2018 15:46 WIB

Bangunan Rumah Adat Harus Jadi Inspirasi Arsitek Indonesia

Membangun rumah modern tapi atap joglo misalnya, itu challenge arsitek Indonesia.

Hari Santoso Sungkari, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia
Foto: Andi Nur Aminah/Republika
Hari Santoso Sungkari, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangunan rumah adat yang dimiliki hampir seluruh suku di Indosia, sudah seharusnya menjadi sumber inspirasi arsitek Indonesia. Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, Hari Santoso Sungkari mengatakan, rumah adat harus jadi inspirasi. "Ekonomi kreatif itu sebenarnya harus mengangkat kearifan lokal tapi dibungkus dengan hal berbau populer," ujarnya di sela penyerahan Asia Young Designer Award (AYDA) 2017 digelar Nippon Paint, akhir pekan lalu.

Hari mengatakan, bangunan arsitektur Indonesia tidak bisa juga tetap mempertahankan sifat lokalnya karena manusia terus menuju ke hal yang lebih moderen. Dia menyontohkan, bangunan boleh saja pakai AC karena tuntutan modernitas. Namun kearifan lokal seperti misalnya bentuk atap, bisa dimodifikasikan dengan hal yang lebih moderen.

"Misalnya bentuk atap bisa mengadopsi rumah adat, tentu saja tidak perlu pakai rumbai-rumbai lagi karena takut mudah terbakar. Atau membangun rumah moderen tapi atapnya bentuk joglo. Itulah challenge arsitek Indonesia," ujarnya.

Hari mengatakan, arsitek Indonesia bisa mendiferensiasi arsitek dari luar. Boleh saja menggunakan kaca misalnya, tapi tetap ada ciri khas yang ditonjolkan. Dia meyebut salah satu contohnya adalah menggunakan tekstur khas seperti bambu, sehingga ada kesan unik.

Hari pun sangat mengapresiasi penghargaan yang diberikan Nippon Paint kepada bibit-bibit arsitek muda melalui AYDA. Dia mengatakan, ajang ini bukan sekadar lomba. Melainkan menjadi semacam ajang inkubasi karena para mahasiswa peserta lomba akan mendapat bimbingan langsung dari para juri yang juga arsitek dan desainer interior ternama. "Ini bagus, kita perlu acara-acara seperti ini yang membangun sebuah ekosistem. Mereka, para peserta dan pemenang tidak hanya berkresasi tapi ada yang bisa dikembangkan menjadi sebuah bisnis, inilah yang namanya ekonomi kreatif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement