Selasa 16 Jan 2018 09:21 WIB

Kalteng Seriusi Garap Wisata Religi

Warga menikmati wisata religi Masjid Ramlie Musofa pada libur Lebaran, Jakarta, Ahad (2/7).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga menikmati wisata religi Masjid Ramlie Musofa pada libur Lebaran, Jakarta, Ahad (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- pengembangan kepariwisataan oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dilakukan secara menyeluruh. Tidak terkecuali menyentuh wisata religi yang cukup diminati masyarakat lokal dan luar daerah.

"Objek wisata religi seperti kubah di Pantai Ujung Pandaran, makam ulama di Lenggana dan lainnya, juga menjadi bagian dalam pengembangan pariwisata. Wisata religi juga menjadi perhatian pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur Fajrurrahman, Selasa (16/1).

Salah satu objek wisata religi yang paling banyak dikunjungi adalah makam atau kubah seorang ulama yang terletak di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit. Kubah yang terletak di ujung pantai tersebut bisa dicapai menggunakan mobil, namun saat laut pasang peziarah harus menggunakan perahu karena jalan terendam.

Kubah tersebut merupakan makam Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary. Ia buyut ulama terkenal Kalimantan Selatan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau Datu Kelampayan yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.

Kubah Syekh Abu Hamid terletak di ujung Pantai Ujung Pandaran. Saat menuju kubah tersebut, pengunjung akan disuguhi pemandangan keindahan Pantai Ujung Pandaran. Selain berziarah, pengunjung juga bisa berwisata pantai dan menikmati wahana permainan air serta penginapan di pantai itu.

Objek wisata religi lainnya adalah makam Syekh Basiri bin H. Sayyidullah dan H. Abdurrahman bin H. Abdullah Bugis. Dua makam tua itu terletak di sekitar Sungai Lenggana Jalan HM Arsyad km 22 ruas Jalan Sampit-Samuda.

Keberadaan kedua makam tersebut sering dikaitkan dengan sejarah berdirinya Sampit dan awal penyebaran Islam di Kotawaringin Timur. Sejarah itu dibacakan setiap peringatan hari jadi Kabupaten Kotawaringin Timur.

Hampir setiap hari, makam kedua ulama tersebut didatangi peziarah, terlebih saat hari libur. Selain sejarah mereka yang turut menyebarkan Islam, bentuk kedua kuburan itu juga cukup menarik perhatian. Jarak satu nisan ke nisan pada masing-masing makam sekitar dua meter, lebih panjang dari jarak nisan makam pada umumnya yang hanya sekitar satu meter.

Objek wisata religi yang banyak didatangi warga adalah Masjid Raya Wahyu Al Hadi yang letaknya satu kompleks dengan Islamic Center di Jalan Jenderal Sudirman Sampit. "Selain objek wisatanya, kami juga menggelar 'event-event' bernuansa keagamaan. Melaksanakan 'event', juga menjadi salah satu cara untuk menarik minat wisatawan," kata Fajrurrahman.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement