Senin 15 Jan 2018 06:54 WIB

Merugikan Petani, Bupati Bandung Tolak Kebijakan Impor Beras

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Bayu Hermawan
Bupati Bandung H Dadang M Naser memberikan arahan kepada Tim Satgas Saber Pungli di Gedung Mohamad Toha, Kabupaten Bandung, Kamis (22/12).
Foto: Gunadi PM/REPUBLIKA
Bupati Bandung H Dadang M Naser memberikan arahan kepada Tim Satgas Saber Pungli di Gedung Mohamad Toha, Kabupaten Bandung, Kamis (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Bupati Bandung, Dadang M Naser menolak rencana pemerintah pusat yang akan mengimpor beras sebanyak 500 ton untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Sebab katanya, jika rencana tersebut terealisasi maka akan merugikan petani lokal yang sebentar lagi akan mulai panen padi.

"Sekarang petani di Kabupaten Bandung akan panen, kebijakan impor bisa merugikan petani. Saya tidak setuju impor beras," tegasnya, Ahad (14/1).

Dadang mengatakan, terkait dengan kenaikan harga beras yang berlangsung saat ini diharapkan petani lokal bisa menikmati keuntungannya. Ia menuturkan, kehadiran beras impor dari Thailand dan Vietnam bisa menjatuhkan harga beras lokal. Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah tidak melakukan impor beras dan menjadikan cara itu sebagai solusi utama.

Menurutnya, akan lebih baik apabila pemerintah terus berupaya menggenjot produksi dalam negeri. Selain itu, ia mendorong mengonsumsi pangan alternatif selain nasi beras seperti umbi umbian, jagung dan sebagainya.

"Itu lebih sehat, masyarakat juga harus mulai beralih ke jenis pangan lain selain nasi," katanya.

Saat ditanya tentang dugaan kenaikan harga beras terjadi karena lahan pertanian yang semakin beralih fungsi. Dirinya membantah hal tersebut. Sementara itu, sebagian para pedagang beras di pasar tradisional Soreang, Kabupaten Bandung mengeluhkan harga beras yang mengalami kenaikan sejak tiga pekan terakhir. Penyebabnya diketahui di sejumlah daerah pertanian mengalami gagal panen akibat hujan yang terjadi terus menerus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement