REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Sebanyak 120 siswa Sekolah Dasar Seropan Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam tenda darurat. Hal itu karena bangunan sekolah mereka rusak.
"Siswa yang belajar di tenda sebanyak 120 orang, mulai dari kelas satu sampai kelas lima dan ini dibuatkan tenda sifatnya sementara," kata Kepala SD Seropan Munthuk Wagiman di Bantul, Selasa (2/1).
Menurut dia, setidaknya ada dua tenda darurat pinjaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul yang didirikan di halaman sekolah taman kanak-kanak (TK) setempat yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari SD Seropan. Wagiman mengatakan, para siswa SD Seropan terpaksa belajar di tenda darurat itu karena gedung sekolah rusak dan tidak memungkinkan digunakan belajar. Sebab di gedung sekolahitu ada rekahan tanah di bawah sekolah hingga mengakibatkan tanah ambles.
"Sudah ada kebijakan agar para siswa belajar di tenda, dan dari BPBD itu menyarankan belajar ditenda selama 20 hari ke depan sejak hari ini karena akan dibangunkan shelter di atas," katanya.
Dengan demikian, dia mengatakan, setelah bangunan shelter di lokasi aman dan tidak jauh dari SD selesai dalam 20 hari ke depan, maka semua siswa akan dipindah ke shelter untuk kegiatan belajar mengajarnya. "Kalau yang belajar di tenda saat ini kelas satu sampai kelas lima. Karena yang kelas enam dapat pinjaman ruangan milik TK satu ruangan, agar siswa bisa konsentrasi karena pada Mei nanti siswa harus ujian," katanya.
Wagiman mengatakan, belajar di dalam tenda darurat ini juga belum dipastikan selama 20 hari ke depan. Karena jika situasi dan kondisi hujan atau cuaca tidak mendukung, maka kegiatan belajar bisa dilakukan di rumah masing-masing. "Terpaksa kalau nanti terjadi seperti itu kami akan berikan tugas-tugas yang bisa diselesaikan anak di rumah, jadi belajarnya di rumah kalau nanti situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk belajar di dalam tenda," katanya.