REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sedikitnya ada lima warga Bima, Nusa Tenggara Barat teridentifikasi suspect difteri.
"Sampai hari ini ada lima orang yang dilaporkan suspect difteri di Bima, namun dari lima itu, empat orang sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, karena sudah sehat dan satu lagi masih dalam perawatan," kata Pelaksana Tugas (PLt) Kepala Dinas Kesehatan NTB Marjito di Mataram, Rabu (27/12).
Ia mengatakan, dari lima orang yang terindikasi suspect difteri belum diketahui hasilnya apakah positif atau negatif difteri karena masih menunggu uji laboratorium. "Hasil laboratoriumnya belum keluar. Karena, sesuai aturan lima sampai tujuh hari baru diketahui hasilnya. Tapi mudah-mudahan tidak ada yang positif," ujarnya.
Untuk rata-rata usia dari lima orang yang terindikasi menderita susfect difteri ini, menurut Marjito, sangat beragam mulai usia lima tahun, delapan tahun, 13 tahun dan 30 tahun. "Memang paling rentan terkena penyakit ini bayi atau di bawah umur satu tahun, karena kekebalan tubuhnya masih lemah. Tapi orang dewasa pun bisa terserang penyakit ini," terangnya.
Ia mengungkapkan, kejadian suspect difteri ini baru pertama kali terjadi di NTB, sebelumnya belum pernah terjadi. Karenanya, pihaknya meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap penyakit tersebut. Sebab, penyakit yang diakibatkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae ini terbilang mematikan dan bisa menular dengan cepat. "Penyakit ini sangat menular, bisa melalui udara dan kontak langsung dengan penderita," jelas Marjito.
Sementara, untuk gejala awal yang dirasakan pasien difteri, ujar Marjito berupa demam disertai batuk dan pilek. Diikuti pembengkakan pada leher, susah menelan dan sesak napas. Sebagai ciri utamanya yaitu terlihat membran berwarna putih keabuan di tenggorokan penderita.
"Jadi supaya masyarakat waspada terhadap kasus dengan gejala batuk, pilek, apalagi ada tanda-tanda warna putih di tenggorokan. Harus dipahami juga penyakit ini menular sekali, jadi selalu pakai masker, bila keluar rumah," sarannya.
Lebih lanjut, untuk mencegah penyakit ini mereka di NTB, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran kepada pemerintah kabupaten/kota melalui Dinas Kesehatan, Puskemas dan Rumah Sakit untuk melakukan pemantauan dan pemutusan mata rantai dari virus pembawa difteri tersebut. Termasuk, pihaknya juga telah menginformasikan kepada seluruh masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
"Kalau untuk vaksin, stok kita masih cukup. Bahkan, di tahun 2018 kota akan menggencarkan imunisasi di seluruh wilayah sebagai langkah pencegahan agar masyarakat bisa terbebas dari penyakit tersebut," ujar Marjito.