Selasa 19 Dec 2017 21:07 WIB

Enam Pasien Anak Terduga Difteri Dirawat di Padang

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bahaya Difteri
Foto: republika/mardiah
Bahaya Difteri

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Kota Padang, Sumatra Barat merawat enam pasien suspect atau terduga difteri. Dokter Spesialis Anak RSUP M Djamil dr. Rinang Marliko menjelaskan, seluruh pasien tergolong anak-anak dan dilakukan perawatan secara intensif.

Pihak rumah sakit juga menyiagakan tim kesehatan yang memantau kondisi keenam anak terduga difteri tersebut di ruang isolasi anak. Rinang juga menyebutkan, tim dokter masih harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan status penyakit yang diderita keenam pasien.

Keenam pasien anak terduga difteri sebetulnya sudah masuk RSUP M Djamil sejak lima hari lalu. Berdasarkan catatan medis pasien, keenam pasien juga mulai menunjukkan perbaikan kondisi selama dirawat. "Sebelumnya ada tujuh yang suspect difteri, namun satu orang telah diperbolehkan pulang dengan keadaan klinis sudah membaik, karena setelah melihat dari pemeriksaan labornya keluar," ujar Rinang, Selasa (19/12).

RSUP M Djamil Padang sendiri sudah menangani 14 kasus suspect difteri sepanjang Januari-November 2017. Ditambah tujuh terduga baru pada November-Desember 2017, maka total ada 21 suspect difteri sepanjang awal 2017 hingga kini. Seluruh pasien menunjukkan hasil negatif dari uji klinis yang dilakukan rumah sakit.

Rinang menambahkan, masyarakat harus paham gejala-gejala penyakit difteri seperti demam yang tidak begitu tinggi, nyeri saat menelan, suara agak serak, dan sesak napas. Selain itu, lanjutnya, pihak dokter juga harus memastikan membran pada tenggorakan pasien. "Kalau terkena suspek difteri ini ketika melakukan suap tenggorokan ada tampak warna putih kelabu pada tongsil atau faring, itu kalau kita suap sukar diangkat dan mudah berdarah biasanya," jelas Rinang.

Menurutnya, solusi terampuh untuk mencegah difteri adalah memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak. "Kita berharap agar orang tua mengimunisasi pada anak itu lengkap atau pencapaian maksimal, nah dari rekap yang kita periksa pada pasien rata-rata 50 persen tidak lengkap," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement