Rabu 13 Dec 2017 12:31 WIB

Protes Angkutan Online, Ribuan Sopir Angkot di Medan Mogok

Rep: Issha Harruma/ Red: Endro Yuwanto
Polisi menggunakan sejumlah kendaraan operasional untuk mengangkut warga telantar akibat aksi mogok massal angkot di Medan, Rabu (13/12).
Foto: Republika/Issha
Polisi menggunakan sejumlah kendaraan operasional untuk mengangkut warga telantar akibat aksi mogok massal angkot di Medan, Rabu (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ribuan sopir mobil angkutan kota (angkot) di Medan, Sumatra Utara (Sumut), melakukan aksi mogok beroperasi pada Rabu (13/12). Akibatnya, sebagian besar warga pengguna angkot terdampak dan kesulitan mencari angkutan.

Ketua Organisasi Angkutan Daerah (Organda) Medan Monthgomery Munthe mengatakan, setidaknya delapan ribu armada angkot anggota mereka berhenti beroperasi mulai hari ini. Aksi mogok massal ini dilakukan sebagai bentuk protes atas keberadaan transportasi berbasis aplikasi online yang semakin masif.

"Kami ingin menunjukkan sama pemerintah bahwa transportasi online ini sudah begitu banyak. Selama ini kan operasional mereka tidak terlihat. Dengan kami berhenti beroperasi, biar pemerintah sadar dengan apa yang selama ini kami hadapi di lapangan," kata Monthgomery, Rabu (13/12).

Monthgomery menegaskan, aksi mogok ini akan terus dilakukan selama Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi belum memenuhi tuntutan mereka. Salah satunya, yakni mengeluarkan kebijakan penghentian seluruh operasional transportasi online.

Aksi mogok massal yang dilakukan pengusaha dan sopir angkot ini telah membuat jalanan di Kota Medan tak sepadat biasanya. Ruas jalan yang selalu padat oleh angkot, seperti Jalan Gatot Subroto, Iskandar Muda, dan Gajah Mada, pun tampak lengang. Hanya tampak beberapa angkot yang tetap beroperasi.

"Tetap ada yang beroperasi karena mereka tidak mendapatkan sosialisasi. Tapi sebenarnya kami sudah meminta agar seluruhnya mogok," ujar Monthgomery berkilah.

Tak hanya itu, aksi mogok ini juga membuat warga pengguna jasa angkot kesulitan. Mereka menumpuk di pinggir jalan, termasuk para siswa, PNS, dan karyawan swasta.

"Udah nunggu lama, tapi nggak ada juga. Untung saja ada mobil polisi yang mau ngasih tumpangan. Sebenarnya bisa naik ojek online, tapi ongkos yang dari orang tua nggak cukup," kata salah seorang siswa SMP Negeri 7 Medan, Andi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement