Rabu 13 Dec 2017 07:09 WIB

Kasus Intimidasi Ustaz Somad, Polisi Janji Netral

Rep: Mutia Ramadhani, Ali Mansur/ Red: Elba Damhuri
Pimpinan dan anggota Laskar Bali menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Melayu, khususnya Muslim di Riau atas peristiwa yang dialami Ustaz Abdul Somad di Bali beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Pimpinan dan anggota Laskar Bali menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Melayu, khususnya Muslim di Riau atas peristiwa yang dialami Ustaz Abdul Somad di Bali beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri memastikan akan bersikap netral terkait kasus dugaan intimidasi berupa penggerudukan dan pencegahan ceramah Ustaz Abdul Somad di Denpasar, Bali, pada Jumat (8/12) lalu. Kendati demikian, Polri menegaskan, polisi menentang segala bentuk intimidasi dalam bentuk apa pun.

“Bahwa persekusi (intimidasi--Red) itu tidak boleh ya, nanti kita lihat apakah itu terjadi atau bagaimana nanti kasusnya seperti apa,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (12/12).

Menurut Setyo, bila memang polisi mendapat laporan terkait peristiwa yang dialami Abdul Somad, polisi akan bersikap netral dalam memproses laporan tersebut. Tentunya, Polri juga akan melihat isi dari laporan.

“Ya, Polri netrallah, pokoknya kalau ada itu (intimidasi), tidak boleh. Kita lihat nanti konteks permasalahannya seperti apa,” ujar Setyo menegaskan.

Hingga Selasa (12/12) siang, Polri menyatakan belum menerima laporan mengenai pencegahan ceramah terhadap Abdul Somad. “Saya belum tahu, belum ada laporan,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian, di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (12/12) pagi.

Kuasa hukum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama, Kapitra Ampera, menyatakan, timnya baru akan mengajukan laporan ke Badan Reserse Kriminal Polri Selasa siang. "Insya Allah. Ini tim mau laporkan,” ujar dia melalui pesan singkat elektronik.

Abdul Somad dikabarkan dicegah massa saat akan melakukan ceramah di Denpasar, Bali. Sejumlah massa tersebut mendatangi hotelnya dan meminta agar Somad tidak memaksakan diri melakukan ceramah pada Jumat (8/12) lalu. Massa menuduh Somad anti-NKRI dan memecah belah bangsa.

Di Denpasar, organisasi kemasyarakatan (ormas) Laskar Bali menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Melayu, khususnya Muslim di Riau, atas peristiwa yang dialami Abdul Somad di Bali. Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya, mengatakan, dia berharap ke depannya persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air semakin erat.

“Kepada saudara kami di Riau yang sangat kami hormati, kami umat Hindu di Bali sangat cinta damai, sangat cinta toleransi. Kami tidak bermaksud mengintimidasi ustaz. Kami salah paham karena kami tidak tahu. Saudara Muslim kami di Riau, jagalah kami, jagalah umat Hindu di Riau juga. Kami pun akan terbuka menjaga masyarakat Riau yang datang ke Bali. Semoga persaudaraan ini dipererat kembali,” kata Ismaya.

Ismaya mengatakan, Laskar Bali bukan bagian dari Komponen Rakyat Bali (KRB) yang menolak rencana safari dakwah Abdul Somad sedari awal. Sebab, dia telah mendapat informasi langsung dari pihak kepolisian yang menyebutkan Abdul Somad adalah seorang yang cinta NKRI, tidak memiliki catatan kriminal, dan juga pegawai negeri sipil (PNS) yang dikenal baik.

Laskar Bali, kata pimpinan ormas yang beristrikan seorang Muslim ini, tidak pernah dilibatkan dalam komunikasi, mediasi, dan fasilitasi sebelum kedatangan Abdul Somad di Bali. Mediasi tersebut sempat disinggung senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Bali, Arya Wedakarna, dalam sebuah wawancara langsung di salah satu televisi swasta.

Hal itulah yang menjadi alasan Laskar Bali tidak ikut berunjuk rasa ke Hotel Aston Denpasar, tempat Abdul Somad menginap pada Jumat (8/12). Kondisi berubah ketika Ismaya menerima panggilan telepon sekitar pukul 17.00 WITA dari salah satu perwakilan KRB yang menyampaikan Abdul Somad tidak bersedia mencium Bendera Merah Putih dan tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Abdul Somad justru akan meninggalkan Bali pada hari yang sama dan batal mengisi tablig akbar.

“Ini yang membuat saya agak marah dan bersama beberapa anggota merangsek masuk ke dalam hotel dengan tujuan bertemu langsung dengan Ustaz Somad. Tongkat komando saya dipegang salah satu anggota karena pada waktu itu saya sedang tidak berpakaian resmi organisasi. Kami memaksa masuk karena ingin duduk bersama, berdialog, dan bertanya pada beliau. Jika kami bermaksud sweeping, massa Laskar Bali yang datang pasti sangat banyak,” kata Ismaya.

Pertemuan di sebuah ruangan di Hotel Aston Denpasar berakhir damai. Abdul Somad bersedia mencium bendera dan mereka bersama-sama menyanyikan lagu "Indonesia Raya", dengan syarat sesuai permintaan Abdul Somad, tidak ada kamera foto dan kamera video. Ismaya pun menyampaikan permintaan maafnya kepada Abdul Somad dan Laskar Bali berkomitmen menjadi pelindung safari dakwah Abdul Somad di Bali.

Saksi yang hadir pada waktu itu adalah Kapolresta Denpasar, Dandim Badung, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali, perwakilan KRB, dan panitia acara. Ismaya juga sempat memberikan pernyataan pada saat mediasi di lokasi. Pernyataan yang ditujukan kepada Abdul Somad itu berupa permohonan maaf atas kesalahpahaman yang sudah terjadi.

“Kami ini orang Bali. Jumlah kami umat Hindu sedikit. Maka dari itu, kami menganggap umat lain yang datang ke Bali sebagai saudara kami yang ikut serta menjaga Bali. Siapa lagi yang mau menjaga Bali jika kami tak mau berkeluarga dan bersaudara dengan umat lain? Saya pun menitipkan pesan kepada ustaz saat itu supaya membimbing kami dan menjaga kami,” kata Ismaya.

Anggota Komisi X DPR Reni Marlinawati mengaku sedih dan geram dengan kondisi yang menimpa Abdul Somad atas persekusi yang dialami saat melaksanakan dakwah di Bali. Peristiwa itu dinilainya melengkapi sejumlah kasus penolakan terhadap pihak yang dituding anti-NKRI dan antikeragaman. Dia pun meminta aparat kepolisian harus menegakkan hukum dan mengusut siapa pelaku persekusi terhadap Abdul Somad.

“Peristiwa yang menimpa Ustaz Somad di Bali menunjukkan tindakan yang tidak beradab dan sama sekali tidak mencerminkan adab warga Bali yang dikenal santun, terbuka, dan toleran. Faktanya, tokoh-tokoh adat Bali justru terbuka menerima Ustaz Somad. Oknum-oknum yang merusak kenyamanan Bali dan Republik Indonesia ini harus ditegakkan hukum terhadap mereka,” kata Reni. (arif satrio nugroho, Pengolah: eh ismail).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement