REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Petani asal Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, mengeluhkan kerusakan bendung air BTls 8, SS Lemahduhur. Kerusakan sarana pembagi air ini, terjadi sejak sepekan yang lalu. Dampaknya, suplai air ke 2.500 hektare sawah menjadi terganggu.
Ijam Sudjana, petani asal Desa Lemahduhur, Kecamatan Tempuran, mengatakan, konstruksi betok dari bendungan ini ambrol. Bahkan, tanahnya juga amblas. Akibat kerusakan ini, suplai air terganggu. Jika debit air dari saluran induk besar, maka konstruksi bendung akan semakin tergerus. Sebaliknya, bila debitnya kecil, maka 2.500 hektare sawah di wilayah ini sulit terairi.
"Kami sudah laporkan kerusakan ini ke pihak PJT II Jatiluhur. Namun, belum ada tanggapan apapun," ujar Ijam, kepada Republika.co.id, Selasa (12/12).
Menurut Ijam, sawah seluas 2.500 hektare yang teraliri air dari bendung tersebut, tersebar di empat desa. Yaitu, Lemahduhur, Lemahsubur, Lemahmakmur dan Dayeuh Luhur. Beruntung saat ini sedang musim hujan. Sehingga, pasokan air tak melulu bersumber dari aliran bendung tersebut.
Namun, lanjut Ijam, dengan kerusakan ini khawatir akan berdampak serius pada pertanian. Sebab, bendung tersebut salah satu fungsinya untuk membagi air. "Kami khawatir, saat musim hujan ini 2.500 hektare sawah bisa kebanjiran. Karena bendungnya rusak," ujarnya.
Petani lainnya, Jayadi (39 tahun), mengatakan, selain berfungsi jadi sarana pembagi air, bendung itu juga merupakan akses darat bagi masyarakat. Akan tetapi, karena konstruksi betonnya ambrol, maka masyarakat tak bisa melintasi jalan tersebut. "Tapi kami berinisiatif, menambal kerusakan itu dengan menumpuk karung berisikan tanah. Supaya, kendaraan bisa melintasi jalan tersebut," ujarnya.
Akan tetapi, karena sifatnya sementara, khawatir kerusakan bendung itu akan semakin parah saat musim penghujan ini. Karenanya, dirinya meminta supaya pihak terkait segera memerbaiki sarana pertanian itu.