REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sampai saat ini masih ada sekitar 900 hektare tanaman padi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum bisa diselamatkan dan kemungkinan mengalami puso.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko kepada Republika.co.id, sebelum acara Refleksi Lima Tahun Keistimewaan, di Hotel Grand Inna Malioboro Yogyakarta, Selasa (12/12).
Menurut Sasongko, dampak semula badai siklon tropis Cempaka yang terjadi akhir November lalu ada sekitar 8.000 hektare sawah yang terendam, tetapi sebagian besar sudah bisa diselamatkan dan masih ada 900 hektare yang tidak bisa diselamatkan.
Tanah pertanian yang terbanyak tidak bisa diselamatkan di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 600 hektare, di Gunungkidul 200 hektare, dan di Bantul 100 hektare. "Tanah pertanian di Bantul yang terendam ada yang bisa ditanam kembali da nada yang rusak. Yang rusak sudah diganti dengan bibit yang baru," jelas Sasangko.
Sementara itu, di Kulon Progo seperti di daerah Panjatan dan Galur sawahnya masih terendam air dan oleh Kementerian Pertanian sudah diberi bantuan benih. "Tetapi belum sungainya dinormalisasi dulu. Saya minta kepada Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO) untuk melakukan normalisasi sungai. Sekarang aliran sungainya masih belum lancar. Sehingga kalau benih padi ditanam nanti tergenang lagi," kata Sasongko.
Sasongko menjelaskan, hal itu tidak mengganggu produksi padi di tahun ini. Produksi padi tahun ini masih seperti tahun lalu karena tanaman padi yang kemungkinan puso sekitar 900 hektare, sedangkan luas lahan pertanian di seluruh DIY sekitar 155 ribu hektare.