REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mutia Ramadhani
DENPASAR -- Sekretaris Jenderal Laskar Bali, I Ketut Ismaya, melakukan 'Ngaturang Pejati' atau mempersembahkan Banten Pejati kepada dewa-dewa demi menunjukkan kejujuran dan kebenaran atas segala ucapannya terkait peristiwa yang menimpa Ustaz Abdul Somad di Bali, beberapa waktu lalu. Sejumlah anggota Laskar Bali dan awak media menjadi saksi ritual suci dalam adat, budaya, dan ajaran Hindu tersebut.
Banten adalah persembahan dan sarana umat Hindu untuk mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Pejati bermakna melaksanakan sebuah pekerjaan dengan penuh kejujuran dan kesungguhan dengan dipersaksikan. Tujuannya mendapat keselamatan dari Yang Kuasa.
Ada empat unsur utama Banten Pejati yang dihaturkan kepada Sang Hyang Catur Loka Phala. Pertama, peras untuk Sang Hyang Iswara. Kedua, daksina untuk Sang Hyang Brahma. Ketiga, ketupak kelanan kepada Sang Hyang Wisnu. Keempa, soda atau ajuman untuk Sang Hyang Mahadewa.
"Hari ini saya menyatakan apa yang saya ucapkan, apa yang saya sampaikan adalah kebenaran. Ini demi kedamaian umat Hindu dan Muslim di seluruh Indonesia. Mohon Engkau memberikan pencerahan dan penerangan kepada kami semua umat Hindu di Bali, begitu pun pada saudara kami yang Muslim semoga mereka berkenan memaafkan kami apabila kami khilaf dan salah terucap kata," kata Ismaya dalam doanya di Sanur, Denpasar, Senin (11/12) petang.
Ia melanjutkan, "Apa yang saya ucapkan adalah kebenaran yang sebenar-benarnya. Apabila saya mengakali dan mengada-ada demi sebuah pencitraan, saya siap dihukum bersama keluarga saya. Saya siap menerima sanksi dari para dewa. Semoga Beliau menerima doa-doa kami. Semoga Beliau menerangi jalan kami. Lindungilah kami, berkahilah kami demi persatuan Indonesia dan NKRI."
Ismaya menceritakan kronologis kejadian penolakan terhadap Ustaz Somad di Hotel Aston Denpasar, Jumat (8/12). Aksi tersebut digawangi Komponen Rakyat Bali (KRB) yang beranggotakan sejumlah ormas, di antaranya Ganaspati, Patriot Garuda Nusantara (PGN), dan Perguruan Sandhi Murti.
Ismaya mengatakan dirinya baru datang ke Hotel Aston menjelang pukul 18.00 WITA, namun dia menampik organisasinya adalah bagian dari KRB. Ini karena Laskar Bali sejak awal tidak dilibatkan dalam komunikasi, mediasi, dan fasilitasi sebelum kedatangan Ustaz Somad di Bali. Mediasi tersebut sempat disinggung senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Bali, Arya Wedakarna dalam sebuah wawancara langsung di salah satu televisi swasta.
"Kami ini kiblatnya polisi. Jika polisi bilang beliau adalah NKRI, buat apalagi kami harus ribut?" kata Ismaya saat dijumpai Republika.
Ismaya mengatakan pihak kepolisian -dalam hal ini Kepala Subbidang Intelkam Kepolisian Daerah (Polda) Bali dan Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Denpasar- menyampaikan kepadanya bahwa Ustaz Somad sangat mencintai NKRI. Polisi menyebut ustaz asal Pekanbaru, Riau, itu seorang yang tidak pernah mempunyai catatan kriminal, juga orang yang baik. Informasi tersebut diperolehnya pukul 11.00 WITA pada hari yang sama.
"Jadi, bagi kami, jika beliau sudah NKRI, pantang kami ganggu. Justru kami harus mendukung. Kami, anggota Laskar Bali yang sempat berkumpul di Lapangan Renon sejak pagi hari langsung membubarkan diri dan membawa pulang spanduk kami," kata Ismaya.
Pada hari yang sama, sekitar pukul 14.00 WITA, Ismaya mendapat telepon dari perwakilan KRB yang tetap menggelar aksi di depan Hotel Aston Denpasar. Pengunjuk rasa mempertanyakan ketidakhadiran Laskar Bali di lokasi.
"Saya bilang ke mereka (KRB), beliau NKRI kok. Kami dukung dan kami tak ingin terprovokasi. Jika beliau bukan NKRI, baru kami ikut menolak," papar Ismaya.
Selanjutnya pukul 17.00 WITA Ismaya kembali menerima panggilan telepon dari KRB yang mengabarkan terjadi perundingan alot. Ustaz Somad tidak bersedia mencium Bendera Merah Putih dan tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan 'Indonesia Raya.' Ustaz Somad justru akan meninggalkan Bali pada hari yang sama dan batal mengisi tablig akbar.
Hal ini yang membuat Ismaya dan anggota Laskar Bali lainnya marah. Mereka pun langsung merengsek masuk ke dalam hotel dengan tujuan bertemu langsung dengan Ustaz Somad. Salah seorang anggota Laskar Bali membawa tongkat komando milik Ismaya. Ismaya tidak memegang langsung tongkat komandonya pada waktu itu karena sedang tidak berpakaian resmi organisasi.
"Tujuan kami memaksa masuk adalah ingin duduk bersama, berdialog, dan bertanya pada beliau. Jika kami bermaksud sweeping, massa Laskar Bali yang datang pasti sangat banyak," kata Ismaya.
Pertemuan di sebuah ruangan di Hotel Aston berakhir dengan damai. Ustaz Somad bersedia mencium bendera dan mereka bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, dengan syarat sesuai permintaan ustaz, tidak ada kamera foto dan kamera video. Ismaya pun menyampaikan permintaan maafnya kepada Ustaz Somad dan Laskar Bali berkomitmen menjadi pelindung safari dakwah Ustaz Somad di Bali.
"Saksi waktu itu adalah Kapolresta Denpasar, Dandim Badung, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali, dan panitia acara," sebut Ismaya.
Sejumlah anggota Laskar Bali yang beragama Islam bahkan mengikuti pengajian Ustaz Somad di Masjid An-Nur pada malam harinya. Anggota Laskar Bali dari Kampung Islam Kepaon Denpasar, Hendra Setiawan (30 tahun), mengatakan organisasi Laskar Bali seperti yang diberitakan media itu salah besar.
"Saya ikut Laskar Bali sejak lama. Saya dididik menjadi sosok yang lebih baik, tidak arogan, dan menghargai sesama, baik itu seagama dan lain agama. Jika ada yang menyebut Laskar Bali itu preman tak bertanggung jawab, itu salah besar. Jika Laskar Bali tidak suka Muslim, buat apa kami ikut mengamankan zikir akbar di Renon yang dihadiri ribuan Muslim beberapa waktu lalu. Kami melakukannya secara sukarela dan tanpa bayaran sedikit pun," katanya.