REPUBLIKA.CO.ID, Seiring hadirnya era generasi milenial, kemampuan untuk berbahasa Jawa dengan baik semakin ditinggalkan. Bahkan bahasa ibu ini jauh dari penguasaan, kendati oleh kalangan masyarakat (etnis) Jawa sendiri. Di tengah masyarakat Jawa tak terkecuali Jawa Tengah penggunaan Bahasa Jawa yang baik dan benar saat ini-- semakin terdistorsi.
Realitas ini kian menggerus penggunaan bahasa Jawa, yang mengenal tingkatan Ngoko (untuk derajat di bawah), Krama Madya (sederajat) serta Krama Inggil (untuk derajat yang lebih tinggi/orang tua) sebagai unggah-ungguh atau bagaimana seharusnya bersikap.
Kecuali Ngoko, dua tingkatan penggunaan bahasa Jawa ini pun semakin lama semakin memudar. Kalangan generasi penerus cenderung fasih untuk menggunakan bahasa Jawa Ngoko, daripada Krama Madya apalagi Krama Inggil.
Berangkat dari persoalan ini, ikhtiar untuk menyelamatkan penggunaan bahasa Jawa yang baik dan benar dilakukan oleh warga Dusun Tapak, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dalam tiga tahun terakhir, anak-anak hingga orang tua di dusun ini telah akrab dengan bahasa Jawa berikut kepada siapa tingkatan bahasa ini digunakan, melalui Gerakan Sinau Bahasa Jawa dan Tata Krama.
"Setiap hari, para sukarelawan dan warga menggelar pelatihan berbahasa Jawa yang baik dan benar, dan dipusatkan di halaman Masjid Al Mala dan Madrasah Diniyah (Madin) Uswatun Khasanah, Dusun Tapak ini," kata Sumartinah, guru Madin Uswatun Hasanah, baru-baru ini. Sehingga, jelasnya, selain mengaji, diberikan tambahan pelatihan serta pemahaman berbahasa Jawa dan unggah-ungguhnya. Apa yang didapatkan anak-anak ini juga diimplementasikan di dalam lingkungan keluarga serta lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Sehingga saat berkomunkasi di tengah keluarga, antar teman di tempat belajar bahkan dengan para tetangga yang lebih tua pun sudah diaplikasikan oleh anak-anak di lingkungan Dusun ini. Tujuannya, tidak lain agar sejak dini anak-anak mengenal, untuk selanjutnya terbiasa menerapkan bahasa serta budaya Jawa di dalam kesehariannya.
"Alhamdulillah, upaya ini direspon positif oleh anak-anak," ucap dia.
Ia juga menyebutkan, Gerakan Sinau Bahasa Jawa dan Tata Krama ini juga disambut baik oleh warga Dusun Tapak. "Mulai dari remaja dan orang tua juga pro aktif untuk mendukung gerakan melestarikan bahasa Jawa ini," katanya.
Setelah tiga tahun berjalan, lanjut Sumartinah, gerakan yang dimulai dari Dusun Tapak ini terus dikembangkan cakupannya. Bahkan mulai diterapkan di dusun lain yang ada di wilayah Desa Kelurahan.
"Bahkan Sinau Bahasa Jawa dan Tata Krama ini telah dimasukkan sebagai muatan lokal (mulok) di seluruh madin (27 madin) yang ada di wilayah Kecamatan Jambu," lanjutnya.