Jumat 08 Dec 2017 18:00 WIB

Habibie Minta ICMI Rumuskan Implementasi Pancasila

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Dewan Kehormatan ICMI, BJ Habibie memberikan sambutan dalam Silaknas ICMI, di Istana Kepresidenan, Jumat (8/12).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Ketua Dewan Kehormatan ICMI, BJ Habibie memberikan sambutan dalam Silaknas ICMI, di Istana Kepresidenan, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID BOGOR -- Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) BJ Habibie meminta agar ICMI bisa berperan ikut serta dan serius dalam merumuskan penjabaran Pancasila yang terkandung dalam lima sila. Penerapan ini harus bisa selaras dengan aspek kehidupan sekarang dan masa mendatang.

Habibie menerangkan, dengan perkembangan zaman dan munculnya era demokrasi saat ini keberadaan Pancasila sebagai dasar negara justru semakin terasingkan. Dia mengatakan, produk yang dibentuk para pendiri bangsa tergerus dan sangat jarang didengungkan di kalangan masyarakat.

"Dalam forum yang terhormat ini saya mengajak kepada seluruh lapisan mengajarkan para tokoh cendekiawan di kampus-kampus dan di lembaga-lembaga kajian lain khususnya para anggota ICMI di manapun anda berada untuk secara serius merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila," ujar Habibie dalam dalam pembukaan Suiaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) ICMI di Istana Kepresidenan, Bogor, Jumat (8/12).

Presiden RI ke-3 ini menjelaskan sejak reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Padahal, Pancasila sebagai ideologi negara berarti cita-cita untuk bernegara serta sarana yang dapat menyatukan masyarakat dalam wujud aksi yang nyata dan operasional aplikatif. Habibie mengatakan, jangan sampai Pancasila dijadikan slogan semata.

Dia menuturkan, terdapat sejumlah hal yang membuat Pancasila seolah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia. Situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah secara domestik, regional, dan global. Sejak kemerdekaan 72 tahun silam, dia mengatakan, banyak perubahan yang amat nyata pada diri orang Indonesia yang juga akan berpengaruh pada masa depan.

Selain arus globalisasi dalam berbagai aspek, perkembangan hak asasi manusia yang tidak diimbangi dengan rasa tanggung jawab terhadap manusia lain pun berpengaruh dalam implementasi Pancasila. "Perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergesaran nilai dasar Indonesia yang terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya. Termasuk dalam corak kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini," ujar Habibie.

Untuk itu, Habibie meminta peran ICMI dan pemerintah agar mampu mengembalikan Pancasila sebagai pandangan hidup bisa diakumulasikan dalam kehidupan bermasyarakat melalui pembangunan yang pro-rakyat atau ekonomi pasar Pancasila.

Ketua Umum ICMI Jimly Asshidiqie menuturkan, implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah penting. Khususnya untuk sektor ekonomi yang bisa dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Istilah membangun pasar ekonomi Pancasila pun menjadi penting karena konsep ini sesuai dengan dasar negara.

Jimly menjelaskan, bagi para cendekiawan berpikir ke depan dalam membuat pembangunan merupakan proses yang panjang. Dalam Silaknas kali ini ICMI akan memfokuskan pembahasan mencakup pengembangan masyarakat dan umat Islam. "Hal pertama yang akan kita bahas adalah isu dan doktrin yang melandasi eksistensi bangsa seperti persatuan dan nasionalisme serta bidang pembangunan," ujar Jimly. Selain itu, Silaknas ICMI 2017 juga menyoroti mengenai melorotnya peran tanggung jawab masyarakat untuk bernegara dalam kebangsaan yang dilakukan secara individu maupun kelompok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement