REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mencatat sembilan pasien kasus difteri hingga awal Desember 2017. Angka itu turun dibanding tahun 2016 yang mencapai 56 pasien.
"Kabupaten Blitar pada 2016 tertinggi di Jatim, tapi Alhamdulillah pada 2017 ini turun jadi sembilan kasus. Penurunan kasus ini indikasi yang bagus, kalau langsung nol tidak mungkin," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Kuspardani di Blitar, Jumat (8/12).
Ia mengatakan temuan kasus yang cukup tinggi pada 2016 memang menjadikan evaluasi tersendiri bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. Terlebih lagi, pada 2016 ada dua pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Pemerintah membuat keputusan untuk program "Outbreak Renponse Imunisasion" (ORI) sehingga melakukan program imunisasi secara maksimal. "Kami ada kegiatan ORI, jadi sesuai dengan kasus umurnya berapa. Misalnya, anak-anak usia 15 tahun ke bawah, yang diimunisasi umur itu, selama tiga kali," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan Dinas Kesehatan juga berupaya optimal melakukan program imunisasi, mengingat temuan kasus yang cukup tinggi pada 2016. Terlebih lagi, penularan penyakit itu juga mudah, yaitu lewat udara atau percikan air ludah.
"Difteri ini berbahaya karena penyakit ini mendadak dan berat sekali. Kalau sakit harus diisolasi makanya, kami prihatin. Penularannya juga lewat udara, percikan air ludah dan bayangkan jika sakit, semua bisa kena," kata dia.
Kuspardani juga menambahkan, penyakit difteri bisa menyerang siapa saja dengan umur berapa saja. Pada 2017, ada beberapa orang dewasa yang positif terkena difteri, sementara sisanya adalah anak-anak. Mereka juga langsung mendapatkan perawatan intensif, untuk menyembuhkannya.
Ia juga langsung memerintahkan pada tim kesehatan terkait untuk melakukan imunisasi massal pada orang-orang di sekitar pasien. Misalnya untuk pasien anak-anak, di seluruh desa ataupun sekolah juga mendapatkan imunisasi. Begitu juga untuk yang pasien dewasa, umur sebayanya hingga ke bawah mendapatkan imunisasi.
Namun, ia menambahkan jika pasien yang sudah pernah terkena difteri, yang bersangkutan dimungkinkan nanti akan kebal dengan bakteri yang menyebabkan sakit tersebut. Bahkan, untuk sembilan pasien yang sudah pernah terkena difteri, mereka juga dilaporkan sehat.
"Kasus terakhir sekitar Agustus, tapi sudah sembuh dan ini tidak kambuh lagi. Jika sudah pernah terkena ada antibodi, jadi tidak tertular lagi," katanya.
Untuk saat ini, tambah dia, dinas keesehatan hanya melakukan imunisasi rutin pada bayi. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar juga sudah koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi, sehingga tidak melakukan program ORI. Salah satu alasannya karena penanganan yang telah dilakukan sudah bagus dengan berhasil menekan jumlah kasus seminimal mungkin.