REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR, Okky Asokawati mengatakan, hal yang paling penting dalam merespons kejadian luar biasa (KLB) wabah difteri saat ini adalah penyediaan antibiotik dan antidifteri serum. Antibiotik sangat dibutuhkan untuk mengobati penderita difteri.
"Harus tersedia dan bisa diakses segera karena diperlukan untuk mengobati," kata dia saat dihubungi, Republika.co.id, Ahad (3/11).
Okky menilai, mewabahnya penyakit ini terjadi akibat imunisasi pada anak yang tidak tepat sasaran. Menurut dia, sejatinya soal pencegahan difteri juga sudah digalakan pemerintah, contohnya melalui rapor kesehatan anak.
Rapor kesehatan untuk anak ini tujuannya memantau apakah anak sekolah melakukan imunisasi ulang atau tidak. Imunisasi harus dilakukan pada masa bayi, usia mulai sekolah, sampai akhir usia sekolah.
"Besar kemungkinan pengulangan imunisai tidak berjalan baik. Ini tugas Kemenkes dengan Dinkes di bawahnya," kata dia.
Imunisasi pencegahan difteri termasuk dalam kategori imunisasi dasar, sama halnya untuk pencegahan campak dan polio.
Dia juga mengingatkan peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait komunikasi publik ke orang tua anak. Sebab menurut dia, masih banyak orang tua yang meragukan imunisasi.
"Kemenkes sebagai pemimpin di bidang kesehatan harus memetakan hal-hal yang terintegrasi, termasuk kerja sama dengan Kemendikbud," ujarnya.
Akhir November silam, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis data KLB penyakit Difteri selama 2017. Provinsi Jawa Timur tercatat mengalami KLB dengan jumlah kejadian terbanyak, yakni 271 kasus dan 11 kematian.
Di Provinsi Jawa Barat terjadi KLB dengan jumlah 95 kasus dan 10 kematian. lantas, peringkat ketiga Provinsi Banten dengan jumlah 81 kasus dan tiga kematian.
Selain itu, KLB juga terjadi di Pontianak, Banjarmasin, dan lainnya.
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan berpotensi mengancam jiwa. Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Umumnya bakteri difteri menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Terkadang, penyakit ini juga dapat memengaruhi kulit.
Difteri menular melalui percikan ludah saat penderita batuk atau bersin, pemakaian barang-barang yang telah terkontaminasi bakterinya, atau sentuhan langsung dengan luka borok difteri.
Difteri dapat dicegah dengan imunisasi yang termasuk dalam program imunisasi dasar.