Kamis 30 Nov 2017 04:40 WIB

Anies Baswedan Sudah Terbukti Gagal

Anies Baswedan
Foto:

Sebagai pribadi, saya pun harus mengakui punya pula preferensi politik tertentu. Dan di lingkungan, saya termasuk orang yang terbuka dalam menyatakan pilihan dan penilaian politik pribadi. Dalam kesempatan berdiskusi dengan rekan sekantor jelang Pilgub, saya sejak awal kurang mempercayai janji kampanye Anies sebagai calon gubernur yang terlalu bombastis. 

 

Lebih jauh, biarlah urusan preferensi itu saya telan sendiri. Satu hal yang jelas kini, Anies dengan janji-janji manisnya telah melenggang ke Balaikota. Mau tak mau atau suka tidak suka, Anies telah menjadi gubernur yang memimpin kita semua, warga DKI Jakarta.

 

Berhasil dan gagalnya seorang gubernur yang merasakan kita semua selaku warga. Jadi kritikan sejatinya adalah sebuah kewajiban bin keharusan. Sebab dengan kritik pejabat akan lebih terkontrol dalam menjalankan laju kekuasaannya sehingga sesuai koridor dan tujuan untuk mensejahterakan rakyat. 

 

Celakanya banyak dari kita yang sulit membedakan mana itu kritikan dan kebencian. Ada sedikit contoh saat ada kawan yang sedikit marah saat saya mengkritisi Anies dalam tulisan berjudul 'Kritik Pertama untuk Anies Baswedan' yang dimuat ROL pada 18 Oktober 2017. 

 

Aniser itu menganggap saya bagian dari barisan sakit hati yang sengaja mencari celah kesalahan dari gubernur yang saat itu baru menjabat sehari. Padahal di sisi lain, sekitar setahun sebelumnya, Ahok pun dikritisi dalam tulisan 'Ahok, Media, dan Teluk Jakarta' yang dimuat ROL pada 7 April 2017. 

 

Kritikan bagi Anis dan Ahok itu bobot nilainya sama, yakni saat pejabat salah melangkah dan bersikap maka siapapun orangnya mesti dikritisi habis. Sandaran nilai-nilai inilah yang menjadi semangat bagi kita untuk tetap waras dan fair di tengah serbuan cheerleader dan kaum baper.

 

Yang harus kita bela sesungguhnya adalah nilai positif seperti kejujuran, transparansi, toleransi, respek, dan kedisiplinan. Dan harusnya atas dasar itulah kita bersimpati kepada sang pemimpin. Namun kecenderungannya zaman now, kita terlalu mudah bersimpati pada pemimpin karena rajin masuk got, menciptakan album lagu, gebrak meja, atau canggih dalam beretorika. Bukan itu.

 

Yang harusnya kita bela adalah nilai-nilai luhur yang dimiliki siapapun pejabatnya. Jadi selama nilai luhur itu tak dijalankan, tak peduli Jokowi, Ahok, atau Anies mesti dikritisi habis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement