Selasa 28 Nov 2017 01:59 WIB

Cegah Stunting, Nasyiatul Aisyiyah Tempuh Jalur Konstitusi

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda
Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai upaya untuk memperkuat terwujudnya zero stunting di Indonesia, Nasyiah Aisyiah menempuh jalur konstitusi dengan menyampaikan aspirasi kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah bersama Forum Lintas Agama Cegah Stunting melakukan audensi bersama Komisi IX DPR RI, Senin (27/11) lalu.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini mengatakan bahwa dalam audiensi tersebut Nasyiatul Aisyiah (Nasyiah) bertemu Ketua Komisi IX, Dede Yusuf dan Wakil Ketua Komisi IX, Saleh Daulay. Ia menjelaskan, anggota Nasyiatul Aisyiyah yang kebanyakan perempuan usia produktif saat ini sedang fokus menggarap stunting. Sebab kasus ini sangat dekat dengan kondisi anggota dan perempuan muda binaan Nasyiah.

 

"Stunting tidak hanya mengancam di daerah pedesaan saja, namun mengancam di perkotaan dengan diagnosis kekurangan gizi," ujar Diyah dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/11).

 

Selain menyampaikan untuk meminta bantuan dari anggota dewan sebagai perwakilan rakyat dalam menyampaikan aspirasinya, Diyah juga mengharapkan kepada pemerintah agar menjadikan persoalan stunting sebagai kondisi yang serius dan harus dituntaskan karena menyangkut nasib masa depan bangsa.

 

Hal ini ditanggapi dengan baik oleh pimpinan DPR. Mereka berjanji akan membawa isu dan persoalan stunting lebih massif menjadi salah satu program utama pemerintah.

 

Sebagai informasi, Forum Lintas Agama Cegah Stanting yang hadir dalam audensi tersebut adalah Nasyiatul Aisyiyah, Fatayat NU, Pelkesi, Persagi, Matakin, Walubi, dan PHDI. Forum lintas agama cegah stunting ini masing-masing menyampaikan keresahan yang ada tentang permasalahan stanting tersebut.

 

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis. Ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement