REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengunjungi Posko Tanah Ampo di Rendang, Karangasem memantau kondisi terkini Gunung Agung. Orang nomor satu di Bali ini menyebutkan 22 desa dari total 78 desa di Karangasem dinyatakan sebagai kawasan rawan bencana (KRB) yang terdampak erupsi Tohlangkir.
"Warga yang berada di 22 desa wajib mengungsi, sedangkan sisanya di 58 desa tetap tenang dan tidak panik karena berada di lokasi aman," kata Pastika, Senin (27/11).
Erupsi beruntun Gunung Agung kali ini tak dimungkiri Pastika memengaruhi kehidupan masyarakat yang berada dalam radius delapan hingga 10 kilometer (km). Meski demikian, ada hikmah yang bisa dipetik dari musibah saat ini.
Ke-22 desa tersebut berada di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Abang, Bebandem, Kubu, Rendang, dan Selat. Berikut adalah nama-nama desa yang terdampak erupsi Gunung Agung beserta persentase luas wilayah yang masuk zona awas versi data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM):
1. Kecamatan Selat
Desa Sebudi (100 persen), Amerta Bhuana (88,64 persen), Duda Utara (78,54 persen), Muncan (6,57 persen), Peringsari (25,77 persen), dan Selat (20,83 persen).
2. Kecamatan Rendang
Desa Pempatan (30,07 persen), Besakih (89,84 persen), dan Menanga (22,48 persen).
3. Kecamatan Kubu
Desa Sukadana (15 prsen), Ban (56,35 persen), Baturinggit (61,66 persen), Kubu (50,54 persen), Dukuh (96,33 persen), dan Tulamben (44,18 persen).
4. Kecamatan Bebandem
Desa Buana Giri (93,17 persen), Jungutan (90,22 persen), dan Bebandem (24,08 persen).
5. Kecamatan Abang
Desa Datah (44,71 persen), Nawakerti (40,35 persen), Pidpid (19,56 persen), dan Ababi (11,93 persen).
Pengungsi dari Desa Ababi, Dayu Putri (22 tahun) memilih bertahan di pengungsian Posko Induk Kompyang Sudjana, Denpasar. Dayu bertahan bersama bayinya, Desiana Putri (10 bulan), meski suami dan pamannya sempat kembali ke Karangasem setelah status Gunung Agung diturunkan ke siaga.
"Suami dan paman sempat pulang ke Ababi untuk menjaga rumah dan ternak. Sekarang semua kembali mengungsi," ujarnya kepada Republika.co.id.
Dayu mengaku tidak kesepian karena pengelola posko mencukupi semua kebutuhan pengungsi dengan baik. Sesama pengungsi pun bisa saling bersosialisasi dan berinteraksi setiap harinya.