Senin 27 Nov 2017 14:57 WIB

Rencana Kerja Sama Indonesia-Cina di Bidang Sain Diluncurkan

 Rencana aksi kerjasama Indonesia-Cina di bidang sains, teknologi, dan inovasi (STI) hari ini, Senin (27/11) resmi diluncurkan.
Foto: kemenko pmk
Rencana aksi kerjasama Indonesia-Cina di bidang sains, teknologi, dan inovasi (STI) hari ini, Senin (27/11) resmi diluncurkan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Rencana aksi kerjasama Indonesia-Cina di bidang sains, teknologi, dan inovasi (STI) hari ini, Senin (27/11) resmi diluncurkan. Peluncuran disaksikan langsung oleh Menteri Riset,  Teknologi,  dan Pendidikan Tinggi RI, Mohamad Nasir bersama Wakil Perdana Menteri Cina, Liu Yandong serta Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko PMK RI, Agus Sartono, dalam forum kerjasama bidang Sains, Teknologi, dan Inovasi Indonesia-Cina yang diselenggarakan di Gedung Kemristekdikti, Jakarta, Senin (27/11) pagi.

Rencana aksi kerjasama bidang STI yang akan dijalankan selama tiga tahun (2018-2020) itu ditandatangani oleh Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi Republik Indonesia, Mohamad Nasir dan Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi RRT, Wang Zhigang.

Agus Sartono yang pada kesempatan ini mewakili Menko PMK Puan Maharani mengatakan pada era globalisasi saat ini, negara yang didukung oleh kemajuan sains, teknologi, dan inovasi, akan memiliki kekuatan perekonomian nasional yang berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia, merupakan langkah strategis yang diperlukan guna memberikan kemajuan sains, teknologi dan inovasi pada sebuah negara. "Indonesia mengundang mitra internasional, termasuk Cina sebagai mitra strategis dalam bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas sains, teknologi, dan inovasi," kata dia.

Menurutnya, melalui forum kerjasama bidang STI Indonesia dan Cina ini, para ilmuwan Indonesia dan Cina harus dapat meningkatkan kerja sama di masa depan, mengingat kedua negara diuntungkan dengan pesatnya pertumbuhan populasi muda di negara masing-masing. Untuk itu, diharapkan forum ini dapat dilaksanakan dua tahun sekali sebagai sarana untuk menampilkan kemajuan dan keberhasilan yang dicapai dari kerjasama bilateral.

Agus juga menilai bahwa kerjasama Indonesia-Cina merupakan suatu kolaborasi strategis. Kolaborasi ini tentunya dapat diprioritaskan pada penggunaan sains dan teknologi terapan di bidang pertanian, perikanan, industri pengolahan, energi, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya.

"Kerjasama Indonesia-Cina, diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada ke 2 (dua) Negara, dalam bidang sains, teknologi, dan inovasi" ujarnya. Beberapa contoh Kerjasama Indonesia-Cina dalam bidang sains, teknologi, dan inovasi yang telah dan sedang dilakukan saat ini, diantaranya adalah (i) laboratorium bersama bio-teknologi, (ii) laboratorium bersama Reaktor Gas Temperatur Tinggi, dan (iii) pusat transfer teknologi Indonesia-Cina.

Menristekdikti Mohamad Nasir meyakini bahwa dengan memperkuat kolaborasi dalam bidang Iptekin dan Dikti antara Indonesia dan Cina, sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar pertama dan ke empat di dunia, kedua Negara akan dapat menjadi pioneer dalam pengembangan iptek dan inovasi dunia. "Saya meyakini kontribusi kerjasama IPTEKIN Indonesia dan Tiongkok ini akan membawa manfaat bagi peningkatan pembangunan maupun kehidupan kualitas masyarakat tidak hanya bagi kedua Negara, tetapi juga untuk dunia," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement