Kamis 25 Apr 2024 16:53 WIB

Menko PMK Ingatkan Pemprov Sumbar Serius Rancang Pencegahan Bencana Alam

Kontur tanah di Ranah Minang tergolong gembur sehingga rawan longsor

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Muhadjir Effendy mengingatkan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat agar serius merancang langkah pencegahan risiko bencana
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Muhadjir Effendy mengingatkan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat agar serius merancang langkah pencegahan risiko bencana

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengingatkan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat agar serius merancang langkah pencegahan risiko bencana di Ranah Minang.

"Sumatra Barat ini provinsi yang paling rentan terhadap ancaman bencana alam sehingga butuh langkah serius menyikapinya," kata Menko PMK Muhadjir Effendy di Padang, Kamis (25/4/2024).

Hal itu disampaikan Menko PMK pada seminar nasional dan simulasi bencana komunitas Muhammadiyah Disaster Management Center Sumbar di Kota Padang.

Muhadjir mengatakan potensi atau risiko gempa dalam skala besar, ancaman letusan gunung berapi, tsunami, banjir, tanah longsor dan lain sebagainya cukup besar di daerah itu.

Belum lagi kontur tanah di Ranah Minang tergolong gembur sehingga cukup rawan terjadi longsor. Oleh karena itu, pemerintah atau pemangku kepentingan terkait wajib menyiapkan berbagai langkah mitigasi kebencanaan.

Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2024, Muhadjir berpesan agar pendidikan tentang kebencanaan dimasukkan ke dalam kurikulum intrakurikuler.

"Artinya, harus ada mata pelajaran khusus tentang kebencanaan di Sumbar," ucap dia.

Apabila hal tersebut diimplementasikan pemerintah daerah, eks Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu menyarankan agar mata pelajaran kebencanaan tidak membahas bencana secara umum, melainkan lebih spesifik terkait bencana yang sering terjadi di Ranah Minang.

Kemudian setelah dimasukkan ke dalam kurikulum, setiap satuan pendidikan juga diharuskan untuk melakukan simulasi secara berkala kepada anak didik. Tujuannya agar masyarakat terutama anak didik mengetahui langkah apa saja yang akan dilakukan jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan lain sebagainya.

"Simulasi ini bertujuan memelihara kewaspadaan. Jangan sampai sudah sekian tahun tidak ada bencana, simulasi juga ditiadakan," kata dia mengingatkan.

Sebab, berkaca dari beberapa kejadian bencana alam di tanah air, banyaknya korban jiwa salah satunya diakibatkan oleh masyarakat lupa berada di zona rawan bencana sehingga lalai terhadap simulasi kebencanaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement