Senin 20 Nov 2017 13:40 WIB

Toko Kopi Liong Bulan Tutup, Bangkrutkah?

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Suasana depan toko agen kopi Liong Bulan yang terletak di Ruko Sentral Jalan Dewi Sartika Blok B No 9, Bogor, Senin (20/11). Teras toko yang dulu berfungsi sebagai tempat parkir khusus toko kini dijadikan area parkir umum pengunjung Pasar Anyar.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Suasana depan toko agen kopi Liong Bulan yang terletak di Ruko Sentral Jalan Dewi Sartika Blok B No 9, Bogor, Senin (20/11). Teras toko yang dulu berfungsi sebagai tempat parkir khusus toko kini dijadikan area parkir umum pengunjung Pasar Anyar.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kopi Liong Bulan dikabarkan bangkrut. Informasi itu beredar di sejumlah media sosial. Ditambah lagi dengan tutupnya salah satu toko Kopi Liong Bulan di Bogor.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor Asep Saefulloh menjelaskan, yang tutup hanyalah salah satu toko di Pasar Anyar, Jalan Dewi Sartika, Bogor. "Di pasar lain seperti Pasar Bogor, di Leuwiliang, juga masih ada," ujarnya. ketika dihubungi Republika.co.id.

Informasi tersebut didapatkan Asep setelah mengonfirmasi kepada Susi, salah seorang pengelola Kopi Liong Bulan, pada Senin pagi. Susi merupakan generasi ketiga pendiri Kopi Liong Bulan yang kini memiliki kewajiban untuk meneruskan usaha produksi.

Asep menjelaskan, tutupnya agen di Pasar Anyar disebabkan sang pemilik yang sudah masuk usia senja. Namanya ibu Lilis, usianya sudah 67 tahun. Beliau dikabarkan sudah sakit-sakitan, sehingga tidak bisa lagi meneruskan toko dan akhirnya memu5uskan tutup, ucapnya.

Hanya saja, tambah Asep, produksi kopi liong bulan secara umum memang tengah menurun. Dari biasanya ratusan kilo per hari, kini pabrik kopi yang terletak di Jalan Bintang Mas, Nanggewer, hanya mampu menghasilkan 50 kilogram tiap hari. Tenaga kerjanya pun ikut menurun, menyesuaikan dengan jumlah produksi yang berkurang.

Penurunan produksi bukan tanpa sebab. Asep melihat, persaingan yang ketat antar produsen kopi membuat Liong Bulan harus mengurangi produksinya. "Yang bertahan, tinggal mereka yang benar-benar suka dengan kopi Liong," katanya.

Tidak hanya dari segi kuantitas, Asep menjelaskan, keterbatasan juga dirasakan dari ekspansi distribusi. Beberapa dekade lalu, kopi Liong masih mengirimkan hasil produksi ke luar kota. Sekarang, di Bogor saja sudah semakin terbatas karena pasarnya semakin sempit dan anak-anak muda memilih kopi lain.

Dengan segala perubahan yang ada ini, tambah Asep, pihak pengelola Kopi Liong Bulan sempat mengungkapkan keinginan untuk menghentikan produksi. Terlebih, tidak ada keturunan yang berkeinginan mengelola usaha lagi dikarenakan kebanyakan di antara mereka sudah memiliki pekerjaan lain seperti dokter dan jaksa.

Asep menyayangkan keterbatasan produksi kopi Liong. Sebab, menurutnya, kopi dengan kemasan berwarna cokelat dan bergambar naga itu memiliki pecinta yang banyak di Bogor. Dengan usia mencapai 72 tahun, kopi Liong bulan memiliki penggemar dari berbagai kalangan, terutama masyarakat berusia 40 tahun ke atas.

Senada dengan Asep, Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bogor, Jona Sijabat, menyesalkan apabila Kopi Liong Bulan benar-benar akan menghentikan produksi. "Kopi ini seperti sudah jadi identitas Bogor," ujarnya.

Jona menuturkan, Kopi Liong Bulan kerap dibawa pemerintah daerah untuk dipamerkan ke tempat lain. Selain mampu bertahan lama diterpa zaman, kopi ini memiliki cita rasa yang berbeda dibanding kopi bubuk kebanyakan.

Dengan kekhasannya, tambah Jona, Kopi Liong Bulan pernah dibawa ke Trade Expo Indonesia dan pameran di Dubai untuk misi dagang. "Ternyata peminatnya memang banyak ketika kami promosi door to door di sana," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement