Senin 20 Nov 2017 02:04 WIB

Mengungsi dari Bantar Gebang Setelah Rumah Sepekan Tergenang

Rep: Farah Noersativa/ Red: Andri Saubani
Kesiapan alat-alat antisipasi bencana banjir oleh Taruna Siaga Bencana Kota Bekasi telah 100 persen.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Kesiapan alat-alat antisipasi bencana banjir oleh Taruna Siaga Bencana Kota Bekasi telah 100 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, Kerumunan lalat mengerubungi teras sebuah bangunan gudang di Jalan Pangkalan Lima, Kelurahan Cikeuting Udik, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, tempat pengungsian warga kelurahan itu yang rumahnya terendam banjir. Banjir, telah menggenangi rumah mereka selama tujuh hari lamanya.

Warga RT 004 / RW 001 Kelurahan Cikeuting Udik, Ahad (19/11) siang itu sedang membersihkan sampah makanan yang berserakan di teras itu. Mereka menyapu lalu mengumpulkan sampah itu dalam beberapa karung. Mereka dibantu oleh sekitar dua hingga tiga anggota Satgas Penanggulangan Banjir BPBD Kota Bekasi.

Suprapti, salah satu warga RT 004/ RW 001 yang saat itu ikut menyapu sampah di teras gudang yang terkenal dengan sebutan Gudang Kemendikbud itu. Ibu berumur 59 tahun itu setelah selesai menyapu, lalu menggelar karpet di teras, dibantu Ibu-ibu warga lainnya.

Sudah tiga hari mengungsi, katanya sembari menyambut Republika di teras itu. Setumpuk air mineral gelas diletakkan di tengah-tengah, sebagai suguhan kepada para tamu. Ibu yang tinggal di Jalan Distribusi Nomor 3, Kompleks Pendidikan dan Kebudayaan (P&K), itu terpaksa mengungsi dari rumahnya.

Kondisi rumahnya ketika ia tinggalkan, kata dia, terendam banjir hingga satu meter. Rumahnya yang kondisinya tinggi itu, sebelumnya tak pernah kemasukan air banjir. "Awalnya pada hari Ahad lalu, itu hanya di depan rumah  setinggi 30 centimeter," ungkapnya.

Lalu lama-lama, menurut ketiga anak-anaknya, ia perlu mengungsi dan meninggalkan rumah. Anak pertama dan keduanya yang sudah tak serumah dengannya, awalnya juga tak percaya bila banjir bisa sampai masuk ke dalam rumah. Sampai-sampai, kursi di teras rumah itu tadinya memang tidak mau dipindahkan, pada akhirnya kena banjir juga, katanya.

Ibu asal Bantul, Yogyakarta itu mengaku tak membawa pakaian apa-apa saat meninggalkan rumahnya. Dua hari sebelumnya, tanpa pikir panjang ia langsung berangkat menuju pengungsian mengingat saat itu sedang hujan dan air semakin meninggi. "Ya namanya juga musibah, jadi ya langsung pergi saja tanpa bawa apa-apa," ungkapnya.

Ketika banjir sudah masuk ke dalam rumahnya, itu berarti banjir sudah mencapai lebih dari satu meter. Kondisi air, kata dia, telah bercampur dengan segala macam limbah sampah. Ia mendeskripsikan bentuk dan warna air banjir yang telah masuk ke rumahnya, yakni berwarna hitam, cairannya pekat, dan baunya sangat busuk. Sehingga menurutnya, sudah tak baik bila ia terus bertahan di rumahnya.

Selain itu, air bersih juga sudah tak tersedia lagi di rumahnya. Menurutnya, tak ada air lagi untuk sekadar mandi dan mencuci pakaian. "Mendingan di sini (pengungsian) saja dari pada sakit," ujarnya.

Suprapti mengatakan, kompleks perumahannya sebenarnya memang sering terjadi banjir. Banjir yang merrendam pun hanya setinggi 30 centi meter. Ia pun mengakui, banjir kali ini lah yang paling parah. Sebab, air tak kunjung surut selama satu pekan, dan kondisi air yang sangat buruk.

Ia juga mengatakan, tak akan kembali ke rumahnya sebelum air benar-benar surut. Sampai saat ini, hal yang menjadi alasannya belum kembali adalah kondisi cuaca yang masih berpotensi hujan. "Tiap pagi cerah, kita di sini, ketika sore turun hujan. Pasti tak surut," katanya.

Hal itu juga diiyakan oleh warga lain, Sutari. Ibu yang juga beranak tiga ini juga mengaku saat ini masih belum mau untuk kembali ke rumah. Menurutnya, saat surut nanti pun ia juga masih enggan ke rumah. "Masih berpotensi hujan, saya memilih di sini untuk amannya," katanya.

Ibu yang berasal dari Majalengka, Jawa Barat itu mengatakan, banjir di rumahnya membuat saluran buang air ikut membludak. Sehingga tak heran, kondisi air banjir memang sudah separah itu.

Sama dengan Suprapti, Sutari juga diminta oleh anak-anaknya yang sudah tak lagi tinggal serumah dengannya untuk mengungsi. Ia kemudian mengungsi tiga hari yang lalu bersama dengan suaminya. Pakaian yang ia bawa pun seadanya yang menempel pada tubuhnya.

Menurut mereka dan warga RT 004/ RW 001 yang lain, saat ini mereka pasrah dengan keadaan rumahnya yang direndam banjir selama tujuh hari itu. Mereka berharap, selain air cepat surut, permasalahan soal penggalian saluran air, yang menjadi penyebab banjir itu juga cepat terselesaikan. Sehingga warga bisa dengan aman dan nyaman, menghuni rumah mereka masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement