Sabtu 18 Nov 2017 17:54 WIB

Gelaran Budaya Berbalut Nuansa Islami Ala Muhammadiyah di Kraton Yogyakarta

Rep: wahyu suryana/ Red: Budi Raharjo
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (berdiri tengah)
Foto: Wahyu Suryana
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (berdiri tengah)

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ada yang berbeda dari milad Muhammadiyah tahun ini. Selain lokasi milad yang dilaksanakan di Kraton Yogyakarta, nuansa Islami yang jadi ciri khas Muhammadiyah dibalut sangat apik dengan pagelaran budaya dan musik-musik modern.

Sederet musisi bertalenta dari World Peace Orchestra (Dwiki Dharmawan) didaulat mengiringi peringatan ke-105 tahun Muhammadiyah. Penyanyi Michael Idol, Rita Sukotjo dan Putri Ayu bergantian menghibur ratusan tamu yang hadir.

Perpaduan alat-alat musik daerah dan barat menciptakan keindahan tersendiri bagi masing-masing mata yang melihat. Termasuk, saat petikan dawai alat musik asli Nusa Tenggara Timur, Sasando, berkolaborasi dengan gesekan-gesekan biola.

Mulai lagu kebangsaan, lagu daerah sampai Sang Surya yang jadi mars Muhammadiyah dilantunkan dengan penuh khidmat. Sang Surya berkumandang di Kraton Yogyakarta jadi suasana yang cukup jarang bisa dilihat.

PP Muhammadiyah sendiri memberikan instruksi agar warga Muhammadiyah yang datang dapat mengenakan pakaian khas daerahnya masing-masing. Hasilnya, Bhineka Tunggal Ika seakan terpampang jelas di Kraton Yogyakarta.

Pagelaran bernuansa Islami dibalut budaya, atau sebaliknya, tampak jadi inti hiburan-hiburan yang ditampilkan. Ada Wayang Wong-Ramayana dari SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, serta paduan suara dari Universitas Prof Hamka Jakarta.

Setelah Tari Bhineka Berkemajuan ditampilkan, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti naik ke panggung untuk memberikan sambutan panitia. Malam itu, Mu'ti tampil mengenakan pakaian adat khas Jawa.

Setelah itu, Milad Muhammadiyah memberikan penghargaan Muhammadiyah Award kepada tiga tokoh yang dianggap memiliki peran penting dalam kemajuan persyarikatan. Uniknya, ketiga tokoh bukan merupakan warga Muhammadiyah.

Muhammadiyah Award pertama diberikan kepada peneliti asal Chiba University Jepang, Profesor Mitsuo Nakamura, yang telah meneliti Muhammadiyah seja 1970. Hasilnya, buku disertasi di Coernell University AS terbit pada 1976.

Kedua, penghargaan diberikan bagi Haji Roemani, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang yang begitu akrab dengan pergerakan Muhammadiyah dan jadi nama RS Muhammadiyah di Semarang. RS itu didirikan Roemani dan diwakafkan kepada Muhammadiyah.

Terakhir, penghargaan diberikan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X, sebagai perwakilan Kraton Yogyakarta. Penghargaan diberikan karena andil-andil Kraton, pergerakan yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu mengalami kemajuan terus menerus.

Sebagai Gubernur DIY, Sri Sultan turut memberikan sambutannya, seraya memberi ucapan selamat atas Milad Muhammadiyah. Menegaskan jika penghargaan itu untuk pendahulunya, Sultan menegaskan hubungan baik Kraton Yogyakarta. "Dirgahayu Muhammadiyah yang tengah merayakan miladnya ke 105 tahun," ujar Sultan.

Setelah itu, barulah Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, membacakan pidalo miladnya. Dalam pidatonya, ia menekankan betul peran penting yang haru selalu dipegang Muhammadiyah sebagai kekuatan pemersatu bangsa.

"Kami akan terus merekatkan kebersamaan di tengah keragaman yang ada di Indonesia," ujar Haedar.

Dalam Milad ke-105 tahun Muhammadiyah, hadir Mendagri Tjahjo Kumolo, Mendikbud Muhadjir Effendy, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Selain itu, turut hadir ketua-ketua partai politik di Idonesia.

Walau diwarnai hujan yang sempat deras, peringatan Milad Muhammadiyah tempak tidak terganggu sedikitpun. Alunan musik-musik orchestra membawakan lagu-lagu daerah jadi penutup perhelatan budaya bernuansa Islami tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement