REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pesawat komersil, Camar Air ditabrak kendaraan khusus penumpang prioritas atau bus passanger priority di Bandara Husein Sastranegara Bandung, Kamis (16/11). Bus tersebut mengenai engine sebelah kanan pesawat Boeing 737.800 yang mengakibatkan bus passanger priority tersebut ikut terbakar.
Akibat kejadian ini, dua orang yang berada di dalam bus menjadi korban. Kecelakaan tersebut berawal saat calon penumpang pada pukul 08.45 Wib akan berangkat dari Bandung tujuan Semarang menggunakan pesawat Camar Air dengan Nomor Penerbangan 1345BO. Kemudian, beberapa penumpang dengan kriteria khusus diperkenankan menggunakan bus passanger priority untuk menuju pesawat.
Namun tiba-tiba, dua penumpang lelaki memaksa untuk ikut dalam bus dengan alasan posisi pesawat jauh. Karena dilarang, dua penumpang ini tetap memaksa bahkan memukul sopir bus dan mengambil alih kendaraan. Dua orang yang sudah menguasai bus ini membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi ke arah runway. Akibat tidak terkontrol, bus menabrak pesawat Camar Air.
Petugas Aviation Security (AVSEC) kemudian menerjunkan tim keamanan lainnya. Selain itu, kendaraan pemadam kebakaran juga dikerahkan untuk memadamkan api. Petugas pun segera melakukan penanganan utama, yakni para penumpang yang sudah lebih dulu berada dalam pesawat.
"Tak perlu khawatir, kejadian tersebut merupakan serangkaian simulasi keadaan darurat atau airport emergency exercise yang digelar PT Angkasa Pura II bekerja sama dengan Lanud Husein Sastranegara. Kegiatan ini dihadiri langsung Eksekutif General Manager PT Angkasa Pura II Eko Prihadi dan Danlanud Husein Sastranegara Kolonel Penerbang Imam Handojo," kata Director of Engineering dan Operation Angkasa Pura II Djoko Murjatmodjo, Kamis.
Bandara Husein Sastranegara menggelar acara penanggulangan keadaan darurat penerbangan. Tujuannya, untuk menguji SOP (standar operasional prosedur). "Karena, kalau keadaan darurat selalu ada SOP-nya agar bisa diketahui sudah benar atau harus diuji. Unit terkait harus cepat tanggap dan dengan cepat mampu mengatasi segala suasana," kata Djoko.
Jadi, kata Djoko, dalam simulasi ini ada penilainya masing-masing unit untuk mengukur apa mobil ambulansnya sesuai waktu, pemadamnya cepat atau tidak, dan personel yang diterjunkan cukup atau tidak. "Di Angkasa Pura, setiap dua tahun sekali kami mengadakan latihan lengkap nanti ada evaluasi dalam forum komite keselamatan bandar udara," katanya.
Djoko mengatakan, dalam simulasi tersebut dilibatkan semua stake holder terkait. Di antaranya, TNI AU, Airlines asing, Airlines domestik, rumah sakit, dan lainnya. SOP dibuat mengacu standar internasional. "Kalau tak latihan nanti kami kan tak akan tahu personel familiar dengan SOP-nya atau tida," jelasnya.