REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada empat orang tokoh yang berjasa besar dalam kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah tokoh asal Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Direktur Jendral Pemberdayaan Sosial, Hartono Laras menegaskan syarat umum dan khusus yang dipenuhi sebelum akhirnya tokoh diputuskan memeroleh gelar pahlawan nasional oleh Presiden. "TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid adalah sosok nasionalis kemerdekaan, ia merupakan da'i, ulama dan tokoh pendidikan emansipatoris pada waktu itu," ujarnya di Jakarta pada Kamis (8/11).
TGKH M Zainuddin Abdul Madjid lahir di Kampung Bermi, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada 19 April 1908. Beliau wafat di Pancor, Lombok Timur pada 21 Oktober 1997. Beliau merupakan pendiri Nahdatul Wathan Diniyah Islamiyah, organisasi massa Islam terbesar di NTB. Ia adalah putra dari pasangan TGH Abdul Madjid dan Ibu Halimatus Sa'diyah.
Nama kecil TGKH Zainuddin Abdul Madjid ialah Assyegaf. Tahun 1934 sepulang dari Mekah ia mendirikan pesantren bernama al-Mujahidin dan dua tahun kemudian mendirikan madrasah Nahdatul Wathan Diniyah Islamiyah dengan sistem klasikal.
Situasi Islam di Lombok pada saat itu menjadi faktor kuat yang mendorong melakukan perubahan penting. Penggunaan Nama pesantren yang dibuat TGKH M. Zainuddin mensyariatkan semangat juang (Jihad) yang kuat untuk memajukan umat Islam dan membangkitkan bangsa, negeri, dan tanah air (Nahdatul Wathan)
Tahun 1943 ia mendirikan sekolah/madrasah bagi kaum perempuan dengan tema yang sering disebut education for all. Sekolah tersebut dinamakan Nahdatul Banat Diniyah Islamiyah.
Beliau yakin membangun lembaga pendidikan merupakan langkah strategis membangkitkan kehidupan, bukan sekedar tempat belajar mengajar tetapi juga menyiapkan pemimpin; menyemai dan memperkokoh karakter, patriotisme, dan nasionalisme.
Tahun 1947, di bawah pimpinan adik kandungnya ia melakukan penyerangan terhadap NiCA yang menewaskan santri dan guru serta adiknya sendiri. Setelah itu beliau dengan Saleh Sungkar membentuk wada bersifat politik untuk berjuang dan memajukan rakyat bernama Persatuan Umat Islam Lombok (PUIL). Selama itu, TGKH M Zainuddin aktif menjadi anggota konstituante, Masyumi, Parmusi dan Golkar.
Muhammad Zainuddin dikenal sebagai seorang nasionalis pejuang kemerdekaan, dai, Mubaligh, guru/pendidik, Ulama/intelektual, sastrawan, politisi dan guru sufi Tarekat Hizbi Nahdatul Wathan dan pembaharu sosial keagamaan dan pendidikan. Beliau juga pernah menerima penghargaan bintang Maha Putra.