Selasa 07 Nov 2017 15:12 WIB

Lima Negara Bahas Persoalan Pakan Ternak di Lombok

Seorang laki-laki merawat ternak sapi miliknya di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (10/11).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Seorang laki-laki merawat ternak sapi miliknya di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Para ilmuwan dari Indonesia, Timor Leste, Malaysia, Australia dan Selandia Baru, mengikuti seminar di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, guna membahas persoalan ketersediaan pakan ternak ruminansia berkualitas.

"Seminar berskala internasional ini bertujuan untuk mendesiminasikan hasil penelitian teman-teman di Indonesia, maupun negara lain," kata Ketua Panitia Seminar of Animal Nutrition & Feed Sciences Dr Dahlanuddin, di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Selasa (7/11).

Ia mengatakan, berbagai hasil penelitian yang dipresentasikan oleh para pakar peternakan Indonesia serta dari empat negara yang menjadi peserta seminar akan bermanfaat bagi pemerintah daerah, terutama dalam membangun sektor peternakan ternak ruminansia.

Berbagai materi yang dipaparkan dalam seminar tersebut juga sangat relevan dengan persoalan peternakan ruminansia di Indonesia pada umumnya dan NTB khususnya, terutama tentang ketersediaan pakan ternak ruminansia berkualitas.

Menurut pakar ternak ruminansia dari Universitas Mataram ini, persoalan kepemilikan lahan pertanian di Indonesia, yang semakin sempit bisa berimbas pada ketersediaan pakan ternak hijauan.

Kondisi tersebut dikhawatirkan akan menurunkan kualitas kesehatan, produktivitas dan angka populasi ternak ruminansia setiap tahunnya.

"NTB memang sudah mencapai populasi sapi sebanyak satu juta ekor. Tapi ke depan, kalau ketersediaan pakan hijauan berkualitas tidak dijaga, ancaman berkurangnya populasi bisa terjadi," ujarnya.

Oleh sebab itu, kata dia, melalui seminar tersebut diharapkan pemerintah daerah di NTB, bisa mengadopsi berbagai hasil penelitian tentang pakan ternak berkualitas dan sistem pemeliharaan sapi yang baik. Teknologi tersebut kemudian disebarkan ke masyarakat.

Salah satu teknologi yang disampaikan oleh peneliti dari Selandia Baru meningkatkan berat badan sapi hanya dengan pemberian pakan hijauan dan tanpa menambahkan dedak serta hormon untuk meningkatkan bobot berat badan ternak.

Dari Unram sendiri, kata Dahlanuddin, terus berupaya menggencarkan penanaman lamtoro sebagai pakan hijauan berkualitas untuk meningkatkan bobot berat badan sapi yang dipelihara sistem kandang. "NTB memiliki lahan kering yang relatif luas dan cocok untuk tanaman lamtoro sebagai pakan ternak," ucapnya.

Seminar of Animal Nutrition & Feed Sciences digelar oleh Asosiasi Ahli Nutrisi dan Ilmu Makanan Ternak Indonesia.

Kegiatan tersebut didukung oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu NTB, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, serta Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).

Selain mempromosikan berbagai hasil penelitian, panitia penyelenggara juga mempromosikan objek wisata yang ada di Pulau Lombok, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dan Gili Trawangan.

Para peserta seminar, khususnya dari daerah lain di Indonesia, dan peneliti dari luar negeri berkesempatan mengunjungi destinasi wisata.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement