Jumat 03 Nov 2017 12:56 WIB

LIPI: Peningkatan Kesejahteraan tak Diikuti Asupan Bergizi

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Makanan menarik, sehat dan bergizi untuk anak (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Makanan menarik, sehat dan bergizi untuk anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut peningkatan kesejahteraan tak diikuti asupan bergizi. Peneliti Pusat Ekonomi LIPI Esta Lestari mengatakan faktor sosial budaya, terutama gaya hidup dan perubahan peran dalam keluarga, membentuk nilai, selera, dan perilaku konsumsi pangan keluarga. Ia mengatakan hal itu berdampak pada keacuhan seseorang ihwal apakah makanan yang dikonsumsi sehat atau tidak.

"Gaya hidup mempengaruhi bukan hanya pendapatan, tapi juga asupan gizi," katanya, Jumat (3/11).

Esta menjabarkan pendorong ekonomi dan sosial menjadi awal pengaruh pergeseran pola konsumsi masyarakat. Pendorong ekonomi didasari sejumlah hal, yakni urbanisasi, peningkatan pendapatan, dan liberasi pasar. Sementara pendorong sosial, yakni perempuan pekerja dan prestis. Kedua pendorong itu mengubah pola konsumsi pangan, seperti, meningkatnya konsumsi beras, menurunnya konsumsi umbi, meningkatnya konsumsi berbasis terigu dan pangan impor.

Asupan pangan salah memberi dampak, baik pada golongan berpendapatan menengah ke atas atau ke bawah. Pada mereka yang miskin, membuat masyarakat tinggi menkonsumsi karbohidrat dan rendah gizi. Sementara golongan menengah ke atas menyebabkan tinggi lemak, gula, dan rendah serat.

"Itu beban ganda malnutrisi " jelasnya.

Estu menyebut peningkatan kesejahteraan menggeser pola konsumsi masyarakat. Ia mengingatkan asupan pangan menjadi salah satu masukan pembentukan modal manusia. Asupan pangan, ia melanjutkan mempengaruhi kesehatan dan capaian pendidikan masa depan seseorang. Ia menegaskan harus ada sinergitas perbaikan pangan dan gizi dengan bidang lain, terutama pendidikan dan infrastruktur. Tujuannya, Esta menjelaskan, meningkatkan efektivitas capaian lebih baik dari program kesehatan dan gizi milik pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement