Jumat 03 Nov 2017 01:11 WIB

Potensi Gagal Panen Garam pada 2017 Capai 75 Ribu Ton

Petani memanen garam di lahan garam desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani memanen garam di lahan garam desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Potensi gagal panen garam pada 2017 diperkirakan mencapai 75 ribu ton. Hal itu diakibatkan oleh hujan dan cuaca yang tidak stabil di beberapa daerah penghasil garam dalam beberapa pekan terakhir.

Direktur Utama PT Garam Budi Sasongko di Surabaya, Kamis (2/11) mengatakan, selain itu panen garam yang seharusnya bisa dilakukan Juli 2017, mundur dan baru bisa dipanen pada September 2017 akibat hujan yang melanda tersebut. "Artinya kalau potensi kehilangan ada sekitar 75 ribu ton untuk tahun ini, dan panen yang seharusnya dilakukan Juli mundur dan baru bisa panen pada September 2017," kata Budi, di sela acara peringkatan HUT ke-72 PT Garam di Surabaya, Kamis.

Budi mengatakan, akibat gagal panen itu, produksi garam yang seharusnya bisa mencapai 350 ribu ton sampai akhir tahun, berkurang menjadi sekitar 225 ribu ton. Sementara saat ini, Budi mengaku produksi garam sudah mencapai 170 ton, dan sudah terserap semua untuk nasional yang kebutuhannya menjadi 1 juta ton.

"Sudah tidak ada masalah, dan telah kami distribusikan semua sekitar 100 ribu ton, hingga akhir Oktober 2017 sudah habis," katanya.

Sebelumnya, beberapa petani garam di berbagai daerah di Jawa Timur merugi akibat hujan yang turun terus-menerus, sehingga produksinya menurun Salah seorang petani tambak di Sidoarjo, Abdul Ghofur mengatakan, hujan yang terjadi di wilayah setempat selama beberapa hari terakhir membuat garam yang siap dipanen kembali hancur diterpa hujan.

"Biasanya untuk menjadikan proses garam membutuhkan waktu sekitar sepuluh hari, tetapi dengan adanya hujan yang terjadi di wilayah Sidoarjo ini membutuhkan waktu lebih dari itu, kami rugi waktu karena harus membuat ulang," katanya.

Hal yang sama terjadi di Kabupaten Probolinggo yang mengalami penurunan seiring datangnya awal musim hujan sejak pertengahan September 2017. "Memasuki peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan ditandai dengan turunnya hujan di beberapa wilayah di Kabupaten Probolinggo berdampak pada penurunan produksi garam," kata Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo, Buhar.

Ia mengatakan, produksi garam di wilayah itu berkurang dari awalnya 8 ton per hektare kini maksimal sekitar 6 ton per hektare. Penyebabnya, hujan yang mengguyur setiap sore sangat berdampak signifikan terhadap produksi garam petani.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement