Jumat 27 Oct 2017 16:21 WIB

Tingkat Kesulitan Identifikasi Korban Kosambi Sangat Tinggi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah petugas kepolisian melakukan olah TKP di lokasi pasca ledakan di pabrik produksi kembang api, Jalan Salembaran, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (27/10).
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah petugas kepolisian melakukan olah TKP di lokasi pasca ledakan di pabrik produksi kembang api, Jalan Salembaran, Desa Belimbing, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim forensik Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati terus mengidentifikasi korban meninggal akibat ledakan Gudang Petasan di Kosambi, Tangerang.

Kepala Instalasi Forensik, Kombes Edi Purnomo, menyatakan proses identifikasi akan membutuhkan waktu lama mengingat ini merupakan korban kebakaran.  "Kesulitannya sangat tinggi, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Harapan kita (identifikasi) gigi," ucap Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Edi Purnomo, di Rs Polri, Jumat (27/10).

Edi kemudian melanjutkan harapannya identifikasi berasal dari gigi korban. Namun karena melihat Tangerang adalah daerah urban yang pekerjanya bisa berasal dari daerah lain, maka harapan terakhir dilihat dari kecocokan DNA.

Hal kedua yang menyulitkan proses identifikasi adalah tidak adanya data karyawan dari pemilik gudang. Pihak kepolisian sudah meminta namun tidak mendapatkan data lengkap siapa saja karyawan yang bekerja di gudang tersebut.

Untuk itu, Edi meminta bagi keluarga yang melaporkan keluarganya yang hilang di posko ante mortem agar membawa berkas-berkas pendukung yang bisa memudahkan identifikasi. Berkas tersebut bisa berupa Ijazah, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), foto, rekam medik, rekam gigi (jika ada).

"Yang dibawa keluarga terdekat, itu yang pasti. Contoh keluarga terdekat misalnya anak, bapak, ibu. Terus semua kelengkapannya dibawa seperti ijazah, KTP, KK, rekam medik, rekam gigi kalau ada, foto-foto," ujar Edi.

Edi kemudian melanjutkan saat ini pihak forensik baru memeriksa 20 kantong jenazah. Dari 20 kantong tersebut, ada beberapa yang diidentifikasi berusia dibawah 18 tahun. Namun hal tersebut masih belum bisa dipastikan lebih lanjut karena masih ada 27 kantong lagi yang belum diidentifikasi.

"Ada ada. Kita baru 20-an (identifikasi), 20 itu kan belum separuh dari 47 kantong jenazah. Kalo kita ngomong ini ya belum bisa juga. Bisa aja disini isinya 15 dibawh umur kita buka yg 20 selanjutnya diatas (umurnya)," lanjut Edi.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement