REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengajar Bidang Inovasi dan Operations & Decisions Advisor di Universitas Prasetiya Mulya, Ade Febransyah mengatakan, untuk mengerti sejauh mana inovasi di Indonesia berkembang bisa dilacak dengan mudah pada bagaimana orang Indonesia umumnya mengonsumsi barang yang dipakai sehari-hari. Kebanyakan orang Indonesia membeli jam, telepon genggam, mobil, laptop, peralatan kesehatan, alat-alat kebugaran, kacamata yang didesain dan dibuat oleh perusahaan-perusahaan luar negeri.
"Ini berarti orang Indonesia beranggapan produk-produk lokal kita selalu kalah bersaing dengan produk-produk luar negeri. Padahal dalam beberapa hal, Indonesia terbukti dapat menciptakan produk-produk inovatif berkualitas yang mampu masuk ke pasar global oleh karena itu Indonesia perlu didorong untuk mengembangkan inovasi-inovasi lokal, yang muncul dan tercipta di tanah air," katanya dalam keterangan persnya, Rabu (25/10).
Globalisasi ekonomi dan liberalisasi di berbagai sektor industri, terang Ade, tak terhindari. Konsekuensinya pelaku bisnis di tanah air harus siap menghadapi pemain-pemain global di negerinya sendiri.
Untuk mampu bertahan dan sukses dalam persaingan yang begitu keras, tidak ada cara lain bagi siapapun selain berdaya saing tinggi. Salah satu strategi perusahaan untuk tetap bertahan dan sukses dalam persaingan adalah strategi berbasis inovasi.
Namun inovasi lokal ini masih akan menghadapi tantangan berat di Indonesia. Dengan rasio biaya riset dan pengembangan terhadap sales per tahun yang masih jauh di bawah satu persen, sulit diharapkan bagi pelaku bisnis di sini untuk benar-benar melakukan inovasi yang sesungguhnya.
Untuk itu, jelas Ade, para pelaku bisnis di Indonesia perlu memperhatian empat hal penting ini. Pertama, di perspektif pasar, tidak bisa lagi ditawar bahwa pelaku bisnis harus menawarkan produk maupun layanannya berangkat dari problem nyata di masyarakat pengguna. Ketepatan solusi atas problem yang ada menjadi penentu keberhasilan berinovasi.
Kedua, perspektif infrastruktur perusahaan, pelaku bisnis harus memiliki capability dari segala sumber daya yang dimiliki dan proses bisnis yang dijalani. Ketiga, perspektif jejaring inovasi. Sukses berinovasi memerlukan dukungan semua pemangku kepentingan dalam jejaring inovasi. Pemasok, institusi riset, universitas, institusi finansial, rumah desain, dan produksi merupakan aktor utama yang mendukung suksesnya berinovasi.
"Terakhir, perspektif regulasi. Dengan regulasi tepat yang berpihak pada inovasi diyakini mampu menumbuhkembangkan iklim berinovasi perusahaan dan nasional," ujar Ade.