REPUBLIKA.CO.ID, KARANG ANYAR -- Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menilai, di era reformasi semua orang bisa menjadi pemimpin di tingkat nasional dan lokal, namun calon pemimpin harus mendarmabhaktikan dirinya untuk bangsa Indonesia. Taufik mengingatkan jangan hanya mengejar popularitas saja.
"Saya harap calon pemimpin jangan kerja hasil survei namun harus menunjukkan darma bhakti bagi bangsa dan negara Indonesia," kata Taufik dalam acara pembukaan Jambore Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) wilayah Jawa Tengah, di Karang Anyar, Ahad (22/10).
Taufik mengatakan di era reformasi, yang ada peran besar Muhammadiyah, menjadikan setiap orang bisa menjadi presiden dan kepala daerah karena munculnya kebebasan serta persamaan tiap orang dalam berpolitik. Namun dia mengingatkan ada hal-hal yang harus dipegang teguh calon pemimpin yaitu meneladani sifat Nabi Muhammad seperti Sidiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fatonah (cerdas).
"Calon pemimpin harus Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fatonah serta jangan bersikap 'sok' berkuasa dan jangan menjadi pemimpin karbitan," ujarnya.
Taufik melanjutkan, di setiap pergerakan republik ini, Muhammadiyah selalu ikut serta dalam perjuangan kebangsaan hingga memberikan andil dalam lahirnya reformasi melalui Amien Rais yang merupakan tokoh organisasi tersebut.
Karena itu dia mengatakan saat ini tinggal kembali pada diri kader Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah, apakah hanya mau menjadi penonton, ataukah kita mau menjadi garda terdepan dalam meningkatkan reformasi.
"Pemuda Muhammadiyah harus menjadi pemimpin, apakah itu Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Wali kota, Wakil Wali kota, bahkan menjadi Presiden atau Wakil Presiden. Karena itu kita tidak boleh menjadi penontan dan pelengkap penderita namun harus memberikan apa yang kita miliki untuk bangsa Indonesia," ujarnya.
Taufik mengingatkan kepada KOKAM dan Pemuda Muhammadiyah untuk ambil bagian memberikan kemampuannya kepada bangsa Indonesia. Selain itu dia mengingatkan agar serta mewaspadai pihak-pihak yang hilang ketika Muhammadiyah menyuarakan reformasi namun setelah itu muncul menjadi mafia beras, mafia garam.