Jumat 20 Oct 2017 09:01 WIB

Banyak Irigasi Rusak, Puslitbang SDA Buat Inovasi Irigasi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
  Menteri Pertanian Amran Sulaiman meninjau sarana irigasi persawahan saat melakan kunjugan kerja ke tiga wilayah di Jawa Tengah, yakni Pekalongan, Tegal dan Brebes (Ilustrasi)
Menteri Pertanian Amran Sulaiman meninjau sarana irigasi persawahan saat melakan kunjugan kerja ke tiga wilayah di Jawa Tengah, yakni Pekalongan, Tegal dan Brebes (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Keberadaan irigasi, menjadi salah satu ujung tombak suksesnya produksi pertanian. Namun faktanya, di Jabar saja sekitar 30 persen irigasi yang ada saat ini kondisinya rusak. Kondisi serupa, terjadi di daerah lain di Indonesia.

Hal tersebut, ternyata memperoleh perhatian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Puslitbang SDA) yang melakukan penelitian untuk membuat irigasi yang kuat. Menurut Kepala Balai Litbang Irigasi Dr Ir Eko Winar Irianto MT, pada 2017 ini, pihaknya telah menghasikan teknologi lining saluran irigasi. Yakni, teknologi saluran irigasi tersier yang ditujukan untuk membagikan air ke persawahan atau pertanian.

"Kami melihat, banyak irigasi rusak karena usia dan sebagainya. Jadi, kami meneliti irigasi dengan teknologi yang bisa mobilisasi air dengan cepat dan kuat," ujar Eko kepada wartawan, kemarin.

Eko menjelaskan, lining saluran irigasi ini memiliki keunggulan dan keuntungan. Di antaranya, bisa mempercepat dan mempermudah proses pengaliran air, menjaga mutu dan kualitas, memperbaiki estetika, lebih kuat, dan pemeliharaannya lebih mudah. Dengan lining saluran irigasi ini pun, mampu meningkatkan indeks pertanaman lebih dari 49 persen. "Bahkan, efisiensi penyaluran irigasinya lebih dari 91,5 persen," katanya.

Kualitas irigasi, kata dia, lebih baik karena sistem pembangunan irigasinya dirangkai seperti memasangkan lego. Kecepatan air pun, lebih cepat mengalir tanpa ada hambatan dan dari estetika relatif bagus. "Kekuatan, daya guling airnya ini cuku bisa menahan air yang deras. Karena, ditahan oleh modul yang kuat," katanya.

Menurut Eko, dalam pembangunan lining saluran irigasi ini selama pekerjaan memang harus teliti. Serta, di antara sambungan harus memilih bahan yang bisa mencegah dari kebocoran.

Eko menjelaskan, saat ini peneliti masih menghitung lama pengerjaan proyek tersebut kalau dibangun di irigasi primer maupun sekunder yang ada di daerah. Serta, menghitung kebutuhan biayanya.

Terkait hasil penelitian ini, menurut Eko, nantinya akan diserahkan ke Kementerian Pekerjaan Umum oleh Puslitbang PSDA. Nantinya, baru bisa diterapkan di daerah yang membutuhkan. Sebagai pilot project, hasil penelitian ini sudah diterapkan di daerah irigasi Kiawit, Desa Sajingan Besar, Kecamatan Sajingan, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement