Kamis 19 Oct 2017 18:14 WIB

Jimly: Kasus Ahok Jangan Terjadi Lagi di Pilkada 2018

Rep: Muhyiddin/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum ICMI Prof Jimly Asshiddiqie
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Ketua Umum ICMI Prof Jimly Asshiddiqie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua tahun yang akan datang akan menjadi tahun politik dengan akan diselenggarakannya Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019. Namun, Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof Jimly Asshiddiqie mengkhawatirkan kasus Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sempat memunculkan isu agama terulang kembali.

"Jadi kita berharap mudah-mudahan kejadian seperti Ahok di DKI tidak lagi terjadi," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di Kantor ICMI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (18/10).

Menurut dia, isu-isu agama dalam Pilkada DKI beberapa waktu lalu diharapkan tidak menjadi perhatian besar oleh masyarakat atau pun para politisi. Karena, menurut dia, isu agama justru membuat kompetesi politik menjadi tidak sehat.

"Jadi isu-isu agama, isu-isu SARA itu mudah-mudahan tidak lagi mendapat perhatian yang terlalu besar seperti kemarin (Kasus Ahok), sehingga jadi normal kompetesinya," ucapnya.

Ia mengaku sangat khawatir dengan munculnya isu-isu SARA dalam Pilkada yang akan dilangsungkan di 171 daerah tersebut. "Yang saya paling khawatir karena sebentar lagi Pilkada serentak sudah mulai hangat. Sekarang kan baru proses pencalonan. Nah, ini Pilkada sebentar lagi 171 Pilkada, waduh gede-gede semuanya itu, 17 di antaranya provinsi," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.

Selain itu, Jimly juga mengingatkan agar pemerintah tidak menggunakan kekuasaannya dalam menangani kasus-kasus yang ada. Karena, menurut dia, jika kekuatan dilawan dengan kekerasan maka akan menimbulkan banyak tindakan kekerasan di masyarakat.

"Karena itu kita berharap semua pejabat pusat dan daerah kembali ke aturan hukum lah, jangan main kayu. Dan tidak usah dipertontonkan kekuasaan itu supaya tidak menimbulkan kekerasan. Jadi kekuasaan itu dilawan dengan kekerasan dan itu sangat tidak sehat. Korbannya, kembali lagi orang lemah," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement